Jakarta, Penaberita.id–Sore itu, di bawah langit Jakarta Utara sembari memastikam hujan benar-benar berhenti, sekelompok muda-mudi yang berada di Lobby Barat Jakarta International Stadium (JIS) mulai bergegas.
Ada yang pakai sarung tangan, ada yang menyiapkan wadah penampung sampah, ada yang pakai helm, memakai masker dan ada yang mematut-matutkan dirinya agar mudah dalam bergerak ketika mengumpulkan sampah-sampah yang tercecer di area JIS.
“Sampah-sampah yang tercecer itu menunjukkan sebuah peradaban,” kata Hendro, Relawan Operasi Semut, Sabtu (5/3).
Maksudnya, lanjut Hendro, setiap orang berpotensi menghasilkan 0,7 gram sampah perhari. Jika semua sampah itu tercecer, maka lingkungan tidak bersih, tidak estetik dan tidak sehat.

“Artinya, sampah-sampah itu tidak dibuang, tidak ditinggalkan, tapi dikelola. Namun, jika masih tercecer, maka disitulah peradaban kita,” ujarnya.
Memang benar JIS memiliki petugas kebersihan, namun petugas itu bekerja pada jam-jam tertentu, tidak setiap saat. Dan itupun masih banyak sampah yg tercecer. Terkait hal ini, bukan salah petugasnya, tapi koreksi tentang perilaku manusia.
Maka agar perilaku berubah dibutuhkan aturan, dibutuhkan penegakan aturan, dan dibutuhkan teladan.
“Selanjutnya diharapkan para relawan Operasi Semut inilah yang menjadi teladan dalam menjaga kebersihan stadion,” harapnya.
Terkait nama dari gerakan itu, Hendro menuturkan, namanya mengambil filosofi semut. Sebab semut kerjanya gotong royong, tidak pernah sendiri. Jadi, gerakan ini mencoba menggambarkan kebersamaan yang jika dikerjakan bersama, maka hasilnya banyak serta bisa cepat selesai.

“Target dari gerakan ini adalah perubahan perilaku dari orang perorang,” tuturnya.
Koordinator Operasi Semut Ketiga, Edhy Baco menyebutkan, gerakan ini dimulai pihaknya pada 20 Februari lalu atau tepatnya pada Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Sejak saat itu, ia bersama teman-teman sukarelawan yang ikhlas dan perduli terhadap lingkungan melakukan kegiatan memungut sampah yang tercecer di area JIS.
“Dalam tiga pekan ini, kami sudah melakukan tiga kali Operasi Semut,” jelasnya.
Ia mengungkapkan, para sukarelawannya tiap pekannya berganti-ganti, termasuk juga koordinatornya. Untuk pekan ketiga ini, ia yang menjadi koordinator yang mengajak para sukarelawan yang berasal dari warga sekitar JIS, seperti Kelurahan Warakas, Papanggo, Sunter Agung dan warga dari kelurahan lainnya.
“Total relawannya kali ini sebangak 20 orang,” ungkapnya.
Wahyudin menambahkan, total sampah yang terkumpul dari operasi pertama dipekan pertama sebanyak 25,3 kg, operasi kedua sebanyak 26,4 kg dan Operasi Semut ketiga dipekan ketiga sebanyak 43,8 kg sampah.

Sampah-sampah yang telah terkumpul ditimbang, kemudian kami pilah antara sampah yang bisa didaur ulang, seperti sampah botol minum dalam kemasan, kotak makanan. Kemudian sampah-sampah daur ulang itu diserahkan ke bank sampah terdekat.
“Sedangkan sampah residu seperti kantong kresek dan puntung rokok dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) yang ada di kelurahan untuk selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” pungkasnya. *** Frans P