Jakarta, Penaberita.id—Meski masih berada dalam belenggu Pandemi Covid-19, terlebih pada 2022 ini sedang direpotkan untuk menekan penularan dari varian baru omicron, setiap pihak termasuk pemerintahan tetap optimis serta memasang target terbaik untuk pencapaian dari rencana alias program-program kerjanya.
Hal tersebut juga dilakukan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi DKI Jakarta, Andri Yansyah beserta jajarannya. Untuk program kerja tahun 2022, Andri menyebutkan, program kerja tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. “Hanya saja angka atawa jumlah dari sasaran pesertanya saja yang bertambah dan tetap dilakukan dengan semangat kolaborasi,” ujarnya, Senin (17/1) di kantornya, Jl. Prajurit KKO Usman dan Harun No.52, Gambir, Jakarta Pusat.
Andri menuturkan, untuk program kerja di tahun 2022 meliputi pelatihan keterampilan kejuruan dan MTU di tujuh pusat pelatihan yang dilakukan secara kolaborasi dengan target peserta sebanyak 7.612 orang.
Kemudian melakukan pembentukan tenaga kerja mandiri yang dilakukan di lima wilayah Sudin dengan target peserta sebanyak 4.300 orang. Selain itu pihaknya juga melakukan pameran bursa kerja (job fair) dan bazaar di lima wilayah kota dengan target sebanyak 15 kali.
Selanjutnya, melakukan pelatihan SIM A di lima wilayah Sudinnakertrans dan Energi dengan target peserta sebanyak 4.050 peserta. Kemudian memberikan pelatihan satuan pengaman di lima wilayah kota dengan target peserta sebanyak 346 orang.
Tidak hanya itu, pihaknya juga memberikan pelatihan kejuruan seperti bahasa Inggris, operator komputer, komputer akuntasni, tata boga, tata busana serta listrik di Pulau Seribu dengan target peserta sebanyak 150 orang. Kemudian memberikan pelatihan peningkatan UMKM dengan target peserta sebanyak 600 orang dan pembangunan PLTS di Provinsi DKI Jakarta di 24 titik dinas dam sepuluh titik Sudin.
Inti dari semua program-program itu adalah komunikasi. Sehingga pihaknya secara rutin dan konsisten melakukan komunikasi antara pengusaha dan masyarakat yang nantinya akan menjadi pekerja. Hal ini merupakan hubungan yang saling menguntungkan alias simbiosis mutualisme, sedangkan peran dari pemerintah memfasilitasi. Jika pengusaha berdiri sendiri melakukan pelatihan itu biayanya mahal, oleh sebab itu kolaborasi menjadi suatu hal yang sangat penting.
“Kepada masyarakatnya juga demikian, karena yang melaksanakannya adalah pemberi kerja, Insya Allah akan direkrut oleh perusahaan itu. Harapannya program ini tetap mendapat antusiasme yang baik dan tinggi dari masyarakat serta perusahaan terutama dimasa pandemi ini,” tutupnya. *** Frans P