Jakarta, Penaberita.id – Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) menggelar acara Kuliah Wawasan dengan tema: “Membangun Nation Branding Melalui Komunikasi Olahraga dalam Meningkatkan Prestasi di Tingkat Global”, Selasa (29/3) pagi, Menpora Z Amali menjadi pembicara kuncinya.
Menpora Amali menekankan pentingnya olahraga dalam membangun branding nasional juga penentu pembangunan Sumber Daya Manusia, mulai dari kebugaran yang berujung pada prestasi.
Dalam paparannya, Menpora Z Amali menyampaikan sejarah olahraga nasional. Pada masa orde lama Presiden Soekarno menjadikan olahraga sebagai sarana politik dalam merebut pengakuan internasional bahwa Indonesia adalah negara yang berdaulat dan merdeka.
“Jadi secara politik kegiatan olahraga sudah dikaitkan, bayangkan kita baru merdeka 1945, tetapi karena kita ingin menunjukkan eksistensi kita sebagai satu negara yang sudah terbentuk, maka kita ingin ikut olimpiade 1948. Tetapi mendapatkan penolakan karena ketika itu belum banyak negara yang mengakui kita. Boleh ikut tapi pakai nama Hindia Belanda,” papar Menpora Amali.
Karena mendapat penolakan akhirnya Soekarno menggelar Pekan Olahraga Nasional pertama (PON I) Solo 1948 sebagai pembuktian bahwa sebagai negara baru Indonesia mampu menunjukkan kekuatan nationnya.
“Tujuannya politis, tujuannya yakni untuk menunjukkan bahwa Indonesia itu ada. Terbukti mampu melakukan suatu kegiatan olahraga yang diikuti oleh berbagai pemuda ketika itu yang berasal dari berbagai daerah,” ungkapnya
Hingga akhirnya pengakuan Internasional dapat diraih dan Indonesia mulai ikut serta dalam kegiatan Asian Games 1951 di New Delhi India dan juga ikut Olimpiade 1952 di Helsinki, Finlandia dengan menggunakan nama Indonesia.
“Kemudian tahun 1962, kita menjadi tuan rumah Asian Games. Bayangkan keberanian pemimpin waktu itu Bung Karno, dalam situasi negara yang baru merdeka, belum kuat-kuat amat dari sisi keuangannya, tetapi karena ini juga berdimensi politik. Maka Bung Karno berani mengajukan tuan rumah Asian Games,” ungkapnya
“Nah waktu itu pun kita bukan sekedar menjadi tuan rumah kemudian menunjukkan eksistensi kita ke duni. Bahwa negara ini ada, Indonesia itu ada. Tetapi kita menunjukkan bahwa kita juga mampu, kita sukses menjadi penyelenggara dan kita sukses untuk prestasi. Kita berada di peringkat kedua dengan perolehan 11 emas, 2 perak, 28 perunggu,” katanya.
Selain gerakan politik Non Blok KAA tahun 1955, Soekarno pun pernah menggelar Olimpiade tandingan yang bernama Games of The New Emerging Forces (Ganefo) pada tahun 1963, karena saat itu Indonesia dikeluarkan dari keanggotaan International Olympic Committee (IOC). Indonesia dikeluarkan karena secara politik Indonesia menolak keikutsertaan Taiwan dan Israel dalam Asian Games ke-4 di Jakarta. Ganefo sendiri berhasil diikuti 51 negara
Menpora Amali kemudian berbicara tentang olahraga di zaman Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto. Menurutnya, saat itu Soeharto menjadikan olahraga sebagai sarana pembangunan. “Jadi kalau zaman orde lama itu sebagai sarana untuk menunjukkan eksistensi kita dimensi politiknya lebih kental. Maka pada saat orde baru olahraga ini untuk sarana pembangunan,” katanya.
Saat itu bendera merah putih mulai dikibarkan di ajang olimpiade tahun 1992. Indonesia berhasil meraih medali emas pertama di cabang bulu tangkis melalui pasangan Alan Budikusuma dan Susi Susanti.
“Indonesia Raya dikumandangkan, Bendera Merah Putih dikibarkan kira-kira hanya ada dua kejadian. Ketika kunjungan kenegaraan kepala negara dan ketika kita mendapatkan kan prestasi atau medali emas pada saat kegiatan olahraga,” katanya.
Dengan demikian, dalam membangun nation branding dalam olahraga pemerintah Indonesia pun terus melakukan berbagai kegiatan event olahraga tingkat dunia, dalam waktu dekat ini, Indonesia akan menjadi tuan rumah Asian Para Games 2022 di Surakarta, Tuan Rumah FIBA Asian Cup 2023, Tuan Rumah FIFA World Cup U-20 tahun 2023, dan Tuan Rumah FIBA World Cup 2023.
Selain itu, pemerintah juga meningkatkan prestasi atlet Indonesia di level dunia, saat ini ada sejumlah atlet nasional yang memegang rekor dan juara dunia diantaranya Windy Cantika Putri, juara dunia junior angkat besi kelas 49 kg IWF Junior World Championship 2021, Rahmat Erwin Abdullah, juara dunia angkat besi kelas 73 kg putra IWF World Championship 2021, Veddriq Leonard dan Kiromal Katibin, panjat tebing pecah rekor dunia nomor speed pada IFSC World Cup 2021, Bagus Maulana dan Muhammad Sohibul Fikri juara All England 2022 dan lainya.
“Apa yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini melihat betapa pentingnya olahraga untuk bukan hanya branding nasional. Tetapi juga kegiatan olahraga itu juga akan menjadi penentu pembangunan Sumber Daya Manusia baik dari sisi kebugarannya di hulunya maupun prestasi di hilirnya,” ujarnya.
Diantara langkah atas upaya tersebut antara lain Kemenpora melakukan review total ekosistem keolahragaan nasional atas arahan Presiden Joko Widodo, dengan menyusun Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang disusun bersama para akademis, para praktisi, guru besar atau profesor ilmu keolahragaan di berbagai kampus dengan berbasiskan sport science, sport industry dan sport tourism.
“Olahraga ini tidak hanya membranding negara, tapi juga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi dari sport industri dan sport tourism,” katanya. *** A Halim