Jakarta, Penaberita.id—Sebanyak 43 perupa dari pelbagai latar ilmu dan seni mengejawantahkan bahasa cintanya dalam bentuk, warna dan rupa pada perhelatan, Art Love U Festival 2024 di Gedung Jakarta Desain Center. Karya rupa dari seniman yang berasal dari kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan kota Bali tersebut akan berlangsung pada 1 – 12 November 2024.
Ke-43 perupa ini berusaha menerjemahkan bahasa cinta dalam artian yang luas melalui sudut pandang yang paling pribadi, senstif dan berdasarkan pengalaman maupun dari perpektif atau pendekatan universal. Pameran yang bertajuk “Art Love U” ini dikuratori oleh Mikke Susanto & Gie Sanjaya.
Direktur Utama Jakarta Design Center, Ir. Nurul Syahri menjelaskan visi dan misi baru dari paras Gedung JDC dengan tagline The Premium Hub of Art, Design Community and Commerce. Mengemban visi misi baru tersebut Jakarta Design Center akan terus berupaya menciptakan ruang-ruang kreatif dengan berbagai ajang kegiatan seni.
“Untuk mendukung perkembangan seni, budaya dan kreativitas yang membanggakan pariwisata Indonesia maka salah satunya melaui kegiatan Art Love U,” imbuhnya dalam keterangan tertulisnya, Jumat 1 November 2024.
Direktur Artistik Festival Art Love U, Rohadi, HDII mengatakan Festival Art Love U adalah merespon perkembangan dari dunia pendidikan dan industri, yang sekarang cenderung ke teknologi dan budaya. Rangkaian acaranya adalah Artist Talk, Workshop, Creative Sharing sampai apresiasi tentang Edukasi Seni seperti sketsa.
“Festival ini memberi ruang jasa dan ruang desain yang menampilkan JDC sebagai hub, di antaranya pergelaran seni dengan perubahan tagline,” katanya.
Kurator pameran, Mikke Susanto menuturkan, dengan penduduk yang luar biasa, Jakarta membutuhkan banyak festival seni (rupa). Festival seni amat penting dihadirkan. Bukan sekadar bahwa seni dibutuhkan sebagai terapi bagi setiap individu dan sebagai pelepasan (katarsis) rasa lelah, tetapi festival atau pameran seni rupa juga berguna bagi banyak hal. Festival secara khusus dimanifestasikan sebagai bagian dari keintiman dan kegembiraan, suka cita warga atas berbagai hal yang dihadapi selama ini.

“Festival juga tidak sebagai sarana peningkatan apresiasi seni bagi masyarakat, tetapi juga mengarah pada bentuk ruang wisata baru berbasis kreativitas dan hiburan,” tuturnya.
Mike menjelaskan, pada agenda kali ini panitia penyelenggara sepakat untuk menghadirkan para perupa, didukung dengan sejumlah peserta non seniman salah satunya Vera Eve Lim. Seniman tersebut berasal dari wilayahwilayah seni utama yakni Jakarta, Bandung, Bali, dan Yogyakarta.
Diantaranya ada seniman yang merupakan lulusan ataupun mengajar di perguruan tinggi seni dan ada pula perupa yang belajar secara mandiri. Karya-karya mereka menunjukkan gejala baru dalam perkembangan seni saat ini. Daya tarik tersebut diantaranya mengusung topik dari dan tentang fenomena sosial budaya yang terjadi seharihari, hingga kisah masa lampau yang disuguhkan secara kekinian. Sejumlah pelukis yang turut menggelar karya di antaranya mengusung tema tentang alam, budaya populer, ataupun yang kritis terhadap keadaan sekitar kita. N
ama-nama seperti Subandi Giyanto, SP Hidayat, Aldriel Arizon, Zeta Ranniry Abidin, Yeni Fatmawati, Syakieb Sungkar, Tato Kastareja, Zamrud Setya Negara serta beberapa lainnya merupakan para profesional yang populer saat ini. Karya-karya lukisan yang ada dalam pameran ini mengajukan ragam gaya dari yang bergenre simbolik, figuratif, semi abstrak, hingga yang abstrak murni.
Ada pula sejumlah pematung yang membawa karya-karyanya dalam festival ini sebagai upaya untuk mengenali pengetahuan bahan hingga memberikan pada kita pengenalan tentang kejadian sosial, religi yang ada di masyarakat. Karya Alfiah Rahdini berjudul “Sailor Moonah The Miniature” yang mengaitkan ide tentang keperempuanan dan budaya pop dan dunia religiusitas. Karya-karya patung lainnya tentu juga sangat menarik seperti karya Dolorosa Sinaga, Basuki Prahoro, Hendratno, Khusna Hardiyanto, Cyca Leonita dan lainnya.
“Mereka membawa ide yang mampu membuka banyak cakrawala menarik dalam festival ini,” jelasnya.
Kurator pameran, Gie Sanjaya memaparkan, art love you merupakan sebuah perayaan tanpa batas yang menolak pengkotakan disiplin ilmu kreatif. Di sini, seni menjadi ruang tanpa sekat, di mana ekspresi cinta mengalir bebas melintasi batasan-batasan konvensi antar berbagai bentuk seni dan kreativitas.
“Festival ini menyatukan berbagai jenis karya—dari seni hingga teknologi—dalam satu harmoni yang mewakili cinta sebagai kekuatan transformatif dan universal,” paparnya.

Gie menambahkan, pada pameran ini, seniman diposisikan bukan sebagai praktisi yang terkotak dalam genre, tetapi sebagai kolaborator yang terbuka terhadap eksperimen dan eksplorasi. Dalam dunia seni, sebagaimana dalam cinta, kreativitas tidak pernah dibatasi oleh genre, medium, atau teknik, tetapi selalu tumbuh dalam ruang kebebasan yang penuh imajinasi. Kolaborasi antar disiplin ini menggarisbawahi keyakinan bahwa cinta itu bersifat transformatif dan lintas-batas.
“Dalam dunia seni, sebagaimana dalam cinta, kreativitas tidak pernah dibatasi oleh genre, medium, atau teknik, tetapi selalu tumbuh dalam ruang kebebasan yang penuh imajinasi,” tuntasnya. *Frans