Ketua Gerakan Turun Tangan, M Chozin Amirullah Berbagi Tips Cara Mengolah Minyak Jelantah

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, Penaberita.id—Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang masih belum memahami atawa bahkan keliru dalam mengolah limbah rumah tangga, salah satunya minyak jelantah.

Terkait hal tersebut, dalam diskusi yang dihelat secara daring pada Kamis (28/7), Ketua Gerakan Turun Tangan, Muhammad Chozin Amirullah berbagi tips tentang cara mengolah limbah rumah tangga, dalam hal ini minyak jelantah.

Chozin menjelakan, di rumah ia melakukan pemilahan sampah rumah tangga dan composting. Selain itu, minyak  jelanta alias minyak penggorengan yang sudah berwarna hitam pekat dan tidak terpakai, tak dibuang begitu saja. Melainkan,  minyak jelantah itu jangan dibuang begitu saja ke saluran air. Sebab, jika dibuang begitu saja, lama kelamaan, saluran akan mampet.

Salah satu caranya, minyak jelantah itu harus diolah dengan bijak. Salah satunya dengan menampung dan mengumpulkan minyak jelantahnya dengan alat penampung yang dipasang di wastafel. Mengenai alatnya, itu sudah banyak beredar dan dijual serta dengan mudah didapat. Sebab, jika minyak jelantah ini diolah dengan bijak, selain tidak membuat saluran jadi mampet juga bisa memberikan untung karena bisa dijual ke pengepul.

“Di beberapa daerah saat ini sudah ada pengepulnya. Kita tinggal menghubungi pengepul itu,kemudian pengepul tadi akan datang ke rumah membeli dengan harga berdasarkan kualitas dari minyak jelantanya,” ujarnya, Kamis (28/7).

Lebih lanjut Mas Chozin (sapaan akrabnya) mengungkapkan, minyak jelantah jika tidak dikelola dengan bijak, maka akan menjadi persoalan, khususnya bagi kota-kota besar yang ada di Indonesia.

“Terkait itu, saya juga sekarang membina asosiasi pengepul minyak jelantah karena melihat ini menjadi persoalan yang jangka panjang itu membahayakan terutama bagi kota-kota besar,” jelasnya.

Diskusi yang mengetengahkan tajuk,”Bahaya Limbah dari Rumah Tangga” tersebut juga menghadirkan pembicara Dosen Universitas Pendidikan Indonesia, Fitri Khoerunnisa. *** Frans P