Jakarta, Penaberita.id–Pada Oktober 2022, jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta akan berakhir. Berarti ada kekosongan kekuasaan di Jakarta sampai pesta demokrasi pada Februari 2024 menetapkan kepala daerah dan presiden.
Terkait hal itu, politikus PDI Perjuangan, Saiful Hidayat, Djarot Saiful Hidayat mengatakan pihaknya masih fokus pada pemenangan Pemilu Februari 2024, baik Pileg maupun Pilpres, dimana gerakan serta kerja fokus turun ke bawah.
Maksudnya, bagaimana partai bisa memberikan manfaat pada rakyat, memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi rakyat, seperti yang dilakukan saat ini. Itu lebih baik dan lebih konkret.
Sedangkan untuk November 2022, itu nanti, meskipun partai terus menerus menggembleng kader. Kaderisasi dan sekolah partai terus digalakkan untuk menggodok calon-calon pemimpin.
“Karena PDI Perjuangan ini berusaha menyiapkan kader-kader pemimpin yang berasal dari bawah, tidak dengan membajak,” katanya saat ditemui di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Kamis (16/6).
Menurut Djarot, fungsi partai politik adalah menyiapkan calon-calon pemimpin, bukan membajak kader partai yang lain.
“Saya tidak memikirkan pertarungan di Pilgub DKI . Yang penting Februari 2024 kita berusaha betul untuk menaikkan kemenangan, sehingga akan lebih memudahkan untuk Pilkada 2024. Karena ini sebagai jembatan. Sebab Pilkada 2024 itu tergantung bagaimana perolehan kursi di Februari itu,” ujarnya.
Ia menjelaskan, untuk pertarungan di Pilkada DKI Djarot mengaku pihaknya punya banyak stok tokoh untuk bertarung di Pilkada DKI mendatang. Salah satunya, sosok yang paham tentang Jakarta, yang bersih, yang benar-benar mampu mengelola berbagai macam dinamika dan pluraritas di Jakarta.
Sebab Jakarta saat ini meltingpot-nya Indonesia, sehingga dibutuhkan orang yang benar-benar ‘membumi’ menghargai perbedaan, melawan intoleransi, serta mampu menggerakkan birokrasi dan masyarakat untuk bisa membangun Jakarta lebih baik lagi sebelum nanti ibukota pindah ke Kalimantan. Sekaligus merumuskan pemikiran untuk menekankan kekhususan Jakarta.
Misalnya utuk PJ di Jakarta, Pak Heru memenuhi kualifikasi dan banyak juga eselon satu, dirjen-dirjen yang bagus di Kementerian Dalam Negeri yang mampu.
“Jadi sebenarnya untuk PJ di Jakarta masih banyak tokoh-tokoh yang mampu menjaga stabilitas politik, sosial, sekaligus menggerakkan perekonomian danembuat yerobosan sehingga rakyat Jakarta mendapatkan pelayanan yang lebih bagus sambil menyiapkan 2024,” tuntasnya. *** Frans P