Gempa Jepang Jadi Alarm, Pakar Dorong Indonesia Tingkatkan Kesiapsiagaan Tsunami

Foto: Istimewa
Foto: Istimewa

Jakarta, Penaberita.id–Peringatan dini gempa bumi yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) usai gempa magnitudo 7,1 mengguncang Jepang dan berpotensi menimbulkan tsunami akibat megathrust Nankai pada Jumat (8/8) lalu, menjadi sorotan. Pakar komunikasi bencana Hidayat, menekankan pentingnya komunikasi risiko dalam menghadapi ancaman bencana seperti ini.

“Peringatan BMKG adalah langkah positif dalam komunikasi risiko. Masyarakat perlu memahami risiko yang dihadapi agar bisa lebih siap,” ujar Hidayat, Rabu (14/8).

Namun, Hidayat juga menyoroti pentingnya mengubah narasi peringatan bencana menjadi lebih konstruktif. “Jangan hanya membuat masyarakat panik, tetapi juga memberikan solusi dan langkah-langkah mitigasi yang konkret,” tegasnya.

Ia mencontohkan kesiapsiagaan Jepang yang telah berhasil membangun ketahanan terhadap bencana gempa bumi. “Dengan mempelajari sejarah gempa di masa lalu,

Jepang telah membangun infrastruktur yang tahan gempa dan sistem peringatan dini yang efektif,” ungkapnya.

Hidayat menyarankan beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat Indonesia:

Komunikasi yang Efektif: Pesan peringatan harus disampaikan secara jelas, sederhana, dan mudah dipahami oleh semua kalangan.

Pemanfaatan Berbagai Media: Manfaatkan media sosial, media massa, dan tokoh masyarakat untuk menyebarkan informasi.

Latihan Evakuasi: Selenggarakan latihan evakuasi secara berkala untuk melatih masyarakat menghadapi situasi darurat.

Penguatan Infrastruktur: Perkuat infrastruktur publik agar tahan terhadap bencana.

Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Lakukan sosialisasi secara terus-menerus tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana.

“Dengan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat, kita dapat mengurangi dampak buruk yang ditimbulkan oleh bencana gempa bumi dan tsunami,” pungkas Hidayat.* Rudi