Gelar Pameran Tunggal Ke-31, Anies Baswedan: Sulistyo Merupakan Seniman Yang Berhasil Mentransformasikan Semangat Nasionalisme

Tambahkan Caption pada image dan akan tampil di kolom ini.

Jakarta, Penaberita.id—Dimasa PPKM (Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Level 1, banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati atau menyemarakkan Hari Pahlawan. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh pelukis asal Solo, KRHT Sulistyo Hadinagoro yang menghelat pameran tunggal ke-31 di di Kunstkring Paleis Jakarta.

 

Pameran yang berlangsung pada 7-16 November 2021 tersebut dibuka secara virtual oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Dalam sambutannya, selain mengucapkan selamat atas terselenggarannya pameran, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan juga menyampaikan, bahwa KRHT Sulistyo Hadinagoro merupakan seniman yang amat berhasil mentransformasikan semangat nasionalisme dalam karya lukis.

 

“Sulistyo yang amat berhasil mentransformasikan semangat nasionalisme dalam karya lukis dan ini direfleksikan dalam bentuk ayam jago,” ungkapnya dalam pembukaan pameran secara virtual, Minggu (7/11).

 

Lebih lanjut Anies memaparkan, pameran tersebut menjadi menarik karena ayam jago merupakan hewan yang selalu disimbolkan sebagai keberanian, kegagahan, disiplin, dan suaranya menjadi penanda dimulainya hari.

 

“Insya Allah, pameran ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua sekaligus menumbuhkan, semangat dan cinta Tanah Air,” paparnya.

 

Terkait perhelatan pameran tersebut, Sulistyo, nama panggilan akrab seniman bertalenta dan selalu rendah hati ini menuturkan, pameran tunggal kali ini mengetengahkan tajuk Born To Be Jagoan. Selain untuk menyemarakkan Hari Pahlawan, pameran ini sebagai bentuk ungkap ekspresi atas keberhasilan setiap Negara, lembaga, masyarakat termasuk seniman dalam melewati masa-masa sulit, pailit, yaitu masa Pandemi Covid-19.

 

Nah, lukisan yang dihadirkan dalam pameran ini mencoba menggambarkan masa-masa sulit atau perjuangan setiap kita, baik pemerintah hingga masyarakat, termasuk seniman bisa bertahan dan menang dalam menghadapi masa-masa sulit,” tuturnya.

 

Ia menambahkan, dalam pameran tersebut sebanyak 30 karya dengan berbagai ukuran yang dicipta kurun waktu lima tahun terakhir. Dalam pameran kali ini, masa-masa sulit ditandai dengan goresan-goresan warna hitam atau kelam di atas kanvas.

 

“Jadi, masa-masa sulit tersebut saya tandai dengan goresan-goresan warna hitam dan merah. Meski demikian, tetap terselip pesan semangat untuk bangkit bersama-sama dari masa keterpurukan tersebut,” tandasnya. *** Frans P