Direktur Utama Pelabuhan Indonesia (Persero), Arif Suhartono: Terus Berjuang Wujudkan Industri Pelabuhan Nasional yang Kuat

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Pelabuhan menjadi salah satu “pintu gerbang” masuknya orang atau barang ke suatu negara atau suatu kota dalam kurun waktu belakangan ini tak luput menjadi perhatian Presiden RI, Joko Widodo dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Tohir. Hal tersebut bisa disimak dari upaya penggabungan (merger) dari Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, II, III dan IV menjadi satu yang bernama Pelindo.

Tentu inisiatif dari merger ini menjadi suatu hal yang penting sekaligus bersejarah terhadap pengelolaan BUMN Kepelabuhan sekarang dan masa yang akan datang. Salah satunya, tentu, bisa memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan roda ekonomi dan sosial Tanah Air.

Lantas, apa rencana besar dibalik rekontruksi Pelindo tersebut? Sudah sejauh mana gebrakannya? Apa yang hendak dicapai dan yang sudah diraih? Bagaimana strategi agar  merger itu bisa segera terealisasi? Untuk mengetahui hal tersebut, belum lama ini jurnalis Penaberita.id, Frans P berkesempatan mewawancarai langsung Direktur Utama (Dirut) Pelindo, Arif Suhartono. Berikut petikan wawancaranya;

Sejak lulus kuliah dari Institut Teknologi Bandung (ITB) hingga sekarang Anda berkarir di bidang kepelabuhan atau bisnis kepelabuhan atau angkutan laut BUMN. Apa yang membuat Anda tertarik akan hal itu?

Pertama saya kuliah di ITB, zaman dulu informasinya tidak sebagus sekarang. Sekarang melihat informasi jauh lebih mudah. Jadi, kita mencari mana yang terbagus menurut orang-orang, akhirnya singgahlah di ITB. Jadi bukan by design,  tapi tidak juga accident. Yang jelas waktu itu tidak sesolid rencana anak-anak sekarang.

Singkat cerita, waktu itu, Pelindo menggelar recruitment di kampus, saya daftar, tapi sebelumnya saya juga pernah bekerja di swasta. Namun sejak daftar di Pelindo hingga hari ini saya masih tetap bekerja di Pelindo.

Karir Anda semakin moncer ketika Menteri BUMN, Erick Tohir menunjuk Anda jadi Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo pada 1 Oktober 2021 lalu, dengan wilayah kekuasaan dan tanggungjawab yang lebih besar pula. Wilayah kekuasaan tersebut meliputi apa saja? Tanggungjawabnya seperti apa?

Selain mengelola 110 pelabuhan yang berada di seluruh Indonesia, pasca merger, portofolio Pelindo dikelompokan ke dalam klaster-klaster bisnis berdasarkan kedekatan bisnisnya. Hal ini bertujuan agar eksekusi dan pengembangan bisnis dapat lebih fokus sesuai dengan lini bisnisnya. Empat klaster yang dibentuk setelah penggabungan BUMN Pelabuhan, yaitu  (1)  peti kemas, (2) non peti kemas, (3) logistik & hinterland development, dan (4) marine, equipment, & port services dengan rincian sebagai berikut :

  1. PT Pelindo Terminal Petikemas untuk klaster bisnis petikemas, yang berpusat di Surabaya;
  2. PT Pelindo Multi Terminal untuk klaster bisnis non-petikemas, yang berpusat di Medan;
  3. PT Pelindo Solusi Logistik untuk klaster logistik dan pengembangan Hinterland, yang berpusat di Jakarta;
  4. PT Pelindo Jasa Maritim untuk klaster Marine, Equipment and Port Services, yang berpusat di Makassar.

Saat ini pembagian tanggungjawabnya dibagi menjadi empat bagian yakni pertama, Kantor Pusat sebagai Strategic Architect & Concession Owner yang menentukan kebijakan strategis korporasi serta melakukan monitoring portfolio dan pelaksanaan bisnis Perusahaan. Kedua, Regional sebagai Regional Coordinator yang bertanggungjawab dalam pengelolaan operasional, komersial dan kinerja cabang serta menjadi koordinator kegiatan bisnis cabang, anak dan cucu perusahaan di wilayahnya.

Ketiga, subholding sebagai Business Owner yang menentukan kebijakan layanan Pelabuhan sesuai lini bisnisnya yang selaras dengan kebijakan strategi korporasi, penerima kuasa dan tugas operasional dari Pelindo dan Revenue Generator. Keempat, Anak Perusahaan sebagai Business Operator yang bertugas menjalankan keseharian aktifitas operasional yang dikoordinasikan atau ditugaskan oleh subholding.

Apa pesan Pak Menteri BUMN, Erick Tohir?

Pada waktu itu saya dilantik jadi Dirut Pelindo 2 tahun 2020, waktu itu mulai mempersiapkan hal-hal terkait merger. Dan pada saat itu, beliau menyampaikan merger harus terjadi di triwulan keempat tahun 2021.

Dan alhamdulillah, merger tepat dilakukan pada 1 Oktober 2021 . Kedua, ini tidak secara langsung, bahwa penggabungan Pelindo diharapkan akan membantu memperbaiki logistic cost. Itu adalah harapan dari pemerintah, meskipun data-data yang dipublish oleh World Bank 23 koma sekian, proporsi dari pelabuhan paling 1,4 tidak terlalu besar.

Namun inderect impact-nya dari ketidakperformaan pelabuhan itu cukup besar, land transportation yang cukup tinggi. Kedua adalah inventory yang cukup tinggi. Ini adalah efek domino dari kurang perfomnya pelabuhan. Sebab, bicara pelabuhan itu, bukan bicara single port tapi bicara network. Jadi kita tidak bisa hanya satu atau dua pelabuhan. Tapi bagaimana pengelolaan pelabuhan di seluruh Indonesia. Itu yang harus diperbaiki.

Sebagai Dirut Pelindo, apa program kerja jangka panjang dan pendek Anda?

Fokus program kerja Pelindo Paska Penggabungan digambarkan dalam roadmap Pelindo dari 2021 – 2025. Rencana jangka pendek 2021 – 2022 dengan tema “Business Alignment & Integration” berfokus pada penyelarasan bisnis paska integrasi melalui standardisasi dan integrasi operasional dan komersial untuk peningkatan  kualitas pelayanan, melakukan investasi terintegrasi untuk pengembangan bisnis, reorganisasi perusahaan dan pengembangan budaya terintegrasi. Hal ini menjadi pondasi dan langkah awal yang cukup krusial bagi Pelindo ke depannya.

Kemudian dilanjutkan dengan roadmap Pelindo dari tahun 2023 – 2024 dengan tema “Business Expansion & Partnership” yang akan fokus pada pengembangan bisnis melalui strategic partnership, kolaborasi dengan pelayaran domestik dan global untuk peningkatan konektivitas laut, pengembangan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerjasama dengan pelaku industri logistik darat.

Dan pada akhirnya, dilanjutkan dengan rencana utama di 2025 menjadi “World Class Port Ecosystem Integrator” yang akan berfokus pada persiapan rencana ekspansi regional dan internasional PT Pelabuhan Indonesia (Persero), peningkatan pemanfaatan teknologi digital dalam bisnis kepelabuhan dan bisnis pendukungnya, serta penguatan dukungan konektivitas dan ekosistem logistik melalui kerjasama dengan kawasan industri untuk peningkatan arus barang.

Harapan kami di 2025, Pelindo dapat menjadi penggerak ekosistem logistik baik di regional maupun internasional dan dapat berkontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan dalam rantai distribusi barang.

Untuk menuju ekosistem pelabuhan kelas dunia, apa strategi Anda?

Setelah melakukan penggabungan, Pelindo memiliki visi untuk “menjadi pemimpin ekosistem maritim terintegrasi dan berkelas dunia” dengan “mewujudkan jaringan ekosistem maritim nasional melalui peningkatan konektivitas jaringan dan integrasi pelayanan guna mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia”.

Untuk mencapai visi yang telah dicanangkan, Pelindo akan berupaya mewujudkan penciptaan nilai (value creation) melalui empat tema strategis, yaitu: (1) Transformasi Pelabuhan Kelas Dunia, (2) Penguatan Ekosistem Logistik, (3) Efisiensi Supply Chain Maritim, dan (4) Peningkatan value perusahaan. Setiap tema strategis tersebut diturunkan ke dalam inisiatif strategis yang akan menciptakan nilai tambah.

Selain itu, pembentukan Subholding juga diharapkan mampu menajamkan spesialisasi dan kompetensi dari bisnis inti Pelindo diantaranya Peti Kemas, Non Peti Kemas, Jasa Marine dan Kepelabuhanan, serta jasa logistik dan pengembangan hinterland agar koordinasi serta eksekusi terkait proses logistik dan kepelabuhanan menjadi lebih mature, efisien, dan lincah.

Pelabuhan itu semacam pintu gerbang” masuk-keluar dari dan ke sebuah negara. Apa potensi dari industri pelabuhan yang sudah berkembang yang belum dikelola dan sangat berpotensi untuk dikelola untuk kepentingan dan kemajuan negara ini?

Pelabuhan itu ibarat terminal. Agar terbayang, kita ibaratkan sebagai terminal bis biar semua orang terbayang. Terminal bis itu tidak mempunyai bis. Demikian juga pelabuhan itu, tidak mempunyai kapal. Jadi bagaimana cara pelabuhan memperbaiki logistic cost? Adalah bagaimana memperpendek port stay dan cargo stay. Sependek mungkin dan secepat mungkin kapal di pelabuhan. Itulah yang sebenarnya dan sejatinya perlu dipikirkan dan dilakukan oleh pelabuhan untuk memperbaiki logistic cost.

Kalau bis lama-lama di terminal, itu tidak dapat uang, malah keluar uang, karena supirnya malah keluar uang untuk beli kopi. Kira-kira begitu. Jadi, sependek mungkin bis di terminal, biar bis itu bisa segera berjalan, maka opportunity membawa muatan jauh lebih tinggi. Jadi kira-kira seperti itu. Sama juga dengan pelabuhan.

Bagaimana pelabuhan memperbaiki logistic cost adalah dengan cara memperpendek port stay kapal di pelabuhan. Jadi, kapalnya itu lebih banyak berlayar. Ini adalah yang dilakukan oleh pelabuhan. Selanjutnya, layanan pelabuhan, land transportation-nya. Adalah hubungan antara pelabuhan dengan hinterland. Ketiga adalah kargonya. Saat ini dari barat ke timur selalu penuh, tetapi dari timur ke barat sangat minimal, paling-paling 20 persen, yang lain kosong.

Artinya, orang-orang yang membawa barang dari barat ke timur, sejatinya mengongkosi balikan dari timur ke barat. Nah, jadi memperbaiki logistic cost ini harus secara fundamental. Bagaimana mendorong kegiatan aktivitas perindustrian di timur, sehingga trading-nya itu balance. Jadi memperbaiki logistic cost itu tidak hanya dari sisi pelabuhan sendiri, tapi juga bagaimana mendorong dan menciptakan kegiatan perekonomianyang pada akhirnya meningkatkan perdagangan antara timur dan barat. Kurang lebih seperti itu, disamping bagaimana memperbaiki akses dari pelabuhan ke industri.

Foto: Dok. Pelindo

Contoh negara yang berhasil mengelola pelabuhan dengan baik dan sekiranya semangat dan strateginya bisa diterapkan di Indonesia?

Pelabuhan itu ada dua. Ada pelabuhan gateway dan transhipment. Saat ini di Indonesia baru pelabuhan gateway. Untuk pelabuhan transhipment yang hanya untuk transit atau sekedar lewat, contoh Singapura.

Untuk contoh yang bagus adalah bagaimana mengkonekkan antara pelabuhan dan kawasan industri. Tentunya kita ingin seperti itu. Bagaimana industri tumbuh karena ada pelabuhan, tetapi juga karena adanya pelabuhan tumbuh karena adanya industri. Kita ingin seperti itu dengan membuat hubungan yang bagus antara industri dan pelabuhan.

Untuk yang berhasil dan bagus adalah Cina. Bagaimana menghubungkan antara pelabuhan dan industri dengan bagus. Kalau kita, pelabuhannya di Tanjung Priok, industrinya di Cikarang, Karawang, dan daerah lainnya. Tetapi sekarang ini sudah baik, sebab antara prlabuhan dan kawasan industri tersebut sudah terhubung dengan bagus.

Tetapi bayangkan, kalau seandainya pelabuhannya di Tanjung Priok, industrinya di belakang, misalnya di Cempaka Putih, Sunter dan sebagainya. Tentunya ini akan lebih murah, lebih cepat, lebih efisien dan lebih bagus. Jadi kalau bicara gate way itu bagaimana mendekatkan kawasan industri dengan pelabuhan ini jauh lebih bagus.

Tadi Anda menyampaikan bahwa pengelolaan pelabuhan di Cina bagus. Semangat dan strategi apa yang kira-kira bisa diambil dari negara itu?

Kalau saya itu, bagaimana membangun industri sedekat mungkin dengan pelabuhan atau minimal bagaimana meningkatkan konektivitas antara industri dengan pelabuhan. Ini yang bagus. Tentunya, di negara manapun, apabila dia berhasil membangun pelabuhan yang terhubung dengan bagus dengan industri, itu akan menjadi suatu keunggulan.

Tentunya, kalau industrinya jauh dari pelabuhan akan ada ongkos dan ada lagi waktu yang dibutuhkan. Jadi saya tidak melihat satu persatu negara, kuncinya itu. Intinya memperpendek akses dari pelabuhan ke industri itu menurut saya yang paling bagus.

Sebagai pimpinan dari Holding BUMN Pelabuhan/Pelindo, apa tantangan dan peluangnya khususnya dalam proses transformasi sebagai perusahaan baru?

Selama ini, keempat BUMN Pelabuhan bekerja berdasarkan wilayah operasional. Jadi tantangan yang dihadapi Pelindo kedepannya akan lebih pada tantangan pengelolaan dan pengembangan bisnis di seluruh wilayah operasi kami yang mencakup 32 provinsi di Indonesia, yang kini terbagi dalam empat regional dan empat subholding.

Penggabungan Pelindo merupakan keputusan pemerintah yang memiliki visi untuk mengembangkan konektivitas maritim dan mendorong pertumbuhan dan pemerataan ekonomi nasional lewat standarisasi pelayanan pelabuhan. Dengan integrasi, Pelindo akan memiliki kontrol dan kendali strategis yang lebih baik dan perencanaan bisnis pelabuhan akan menjadi lebih holistik.

Merger Pelindo dilakukan dalam rangka mewujudkan industri kepelabuhanan nasional yang lebih kuat, dan meningkatkan konektivitas maritim di seluruh Indonesia, serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang kepelabuhanan

Terintegrasinya Pelindo memberikan banyak peluang bagi perusahaan maupun bagi ekonomi nasional. Salah satunya ialah dengan membuka kesempatan perusahaan untuk go global. Integrasi ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal peti kemas terbesar ke-8 di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs.

Menurut Anda, seperti apa arah dan strategi bisnis Pelindo di masa mendatang?

Paska penggabungan Pelindo pada tanggal 1 Oktober 2021, Pelindo memiliki beberapa inisiatif strategis yang dapat mendatangkan value creation atau penciptaan nilai, seperti yang tercantum pada Master Plan Pelindo Paska Penggabungan. Untuk dapat menjalankan inisiatif-inisiatif strategis serta mencapai target value creation, tentunya, Pelindo bertransformasi secara struktur dan tata kelola. Pelindo sebagai holding memiliki peran sebagai strategic architect & concession owner yang bertugas menyusun kebijakan strategis korporasi serta memonitor seluruh portfolio bisnis keseluruhan grup. Pelindo memiliki perpanjangan tangan pada 4 regional yang mencakup seluruh wilayah Indonesia, yaitu Regional 1, 2, 3, dan 4 yang bertugas mengatur kegiatan bisnis pada cabang, anak perusahaan, serta cucu perusahaan yang beroperasi di wilayah regionalnya.

Sebagai bagian dari Aksi Korporasi Penataan Anak Perusahaan Pelindo yang merupakan amanat Pemegang Saham, Pelindo membentuk 4 perusahaan subholding sebagai business owner yang memegang 4 kluster bisnis Pelindo  meliputi peti kemas, non peti kemas, marine, equipment & port services, dan logistics & hinterland development. Pembentukan 4 subholding dilakukan dengan tujuan untuk mengelola bisnis inti Perusahaan, dimana masing-masing subholding ini juga menjadi induk bagi Anak Perusahaan yang sebelumnya dikelola Pelindo I, II, III, dan IV sesuai dengan lini bisnisnya. Pembentukan subholding ini diharapkan dapat meng-unlock value dan mengakselarasi ekspansi bisnis Pelindo untuk memperluas layanan pada ekosistem pelabuhan dan logistik.

Sebagai komitmen untuk memperkuat fungsi subholding dan sebagai bagian dari Aksi Korporasi Perusahaan, maka dilakukan pengalihan (inbreng) saham Anak-Anak Perusahaan kepada Sub Holding sesuai klaster bisnis terkait serta serah operasi unit bisnis kepada subholding terkait. Pengalihan saham ini dikompensasikan dengan penambahan penyertaan modal Pelindo pada subholding. Dengan menginduknya Anak-anak perusahaan tersebut ke dalam subholding, diharapkan masing-masing klaster bisnis dapat dikelola secara lebih fokus dan optimal untuk dapat mengejar target value creation Penggabungan Pelindo hingga 2025.

Dari dilantik hingga sekarang, capaian seperti apa yang sudah Anda raih?

Pertama, merger ini merupakan program yang sangat lama. Sudah direncanakan berpuluh-puluh tahun tapi belum jadi-jadi. Dan sekara sudah jadi,  tentunya banya PR terkait merger tersebut. Pertama, aksi korporasi berupa inbreng dari induk ke subholding. Ini sudah kita laksanakan. Merger tanggal satu, inbreng pertama tanggal 3 Januari. Selanjutnya inbreng kedua diawal Maret sudah terjadi dan ini terus berproses.

Setelah inbreng, bagaimana pemurnian bisnis. Artinya, subholding peti kemas dibawahnya menangani peti kemas saja, non peti kemas juga sama, logistik juga sama dan seterusnya. Semuanya terus berproses,  ini tidak mudah. Kedua adalah masalah SDM. Satu dari standarisasi kapabilitas berbeda, remunirasi juga berbeda, jabatan juga berbeda. Ini lagi kita rapikan semuanya dan kita harapkan sudah bisa terselesaikan diakhir tahun 2022.

Yang sudah dilakukan,  bagaimana memperbaiki logistic cost di Indonesia adalah dengan memperpendek post stay dan cargo stay. Ini selalu kita lakukan transformasi di beberapa terminal peti kemas. Saat ini sudah terjadi secara bertahap. Contoh, Makasar, Medan, Sorong, Ambon ini sudah terjadi. Bagaimana hal merger ini berpengaruh terhadap layanan. Ini terlalu kompleks masalahnya dan membutuhkan waktu, tapi ini sudah kita laksanakan.

Selanjutnya, tentunya setelah merger, harapan dari stakeholder adalah masalah buku itu adalah keuangan. Tentunya kita juga bisa melakukan program-program. Melakukan value creation, sehingga satu tambah satu tambah satu tambah satu bukan empat, tapi mungkin lima atau enam. Ini tentunya yang kita lakukan dan potret-potret sudah kelihatan. Dari sisi layanan operation-nya, dari sisi performansi buku juga sudah ke arah perbaikan, ini yang sudah kita lakukan.

Suka dukanya selama di Pelindo apa?

Saya hanya mengerjakan yang terbaik. Secara komparatif lebih bagus dari orang lain, bekerja keras, berusaha dan biarlah yang terakhir itu Tuhan yang menentukan. Saya bukan orang yang ambisius. Saya hanya mengerjakan yang terbagus, biarlah orang lain yang menilai.Kalau suka dukanya saya tidak lihat.

Saya hanya melakukan yang terbagus saja. Kalau saya lihat bermanfaat bagi perusahaan dan perusahaan mendapatkan benefitnya itu membuat saya bahagia. Dukanya apabila saya tidak bisa memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Dan saya akan selalu memberikan yang terbaik untuk perusahaan.

Apa harapan Anda untuk Pelindo kedepan?

Melalui merger ini, utamanya, saya berharap kedepannya Pelindo mampu mewujudkan industri kepelabuhanan nasional yang lebih kuat melalui konektivitas maritim di seluruh Indonesia, sehingga dapat membantu menurunkan biaya logistik nasional secara bertahap, serta meningkatkan kinerja dan daya saing BUMN di bidang kepelabuhanan di tingkat global.

Arif Suhartono

Bachelor Civil Eng. ITB Master – Yokohama Nat.Univ MBA – NTU Singapore

  • Operation Director of PT MTI (Jun 2010 – Jul 2012)
  • Commercial Director of PT MTI (Jul 2012 – Des 2013)
  • President Director of PT TPI (Jun 2013 – Aug 2014)
  • Head of PMO (Sep 2014 – Oct 2014)
  • President Director of PT Rukindo (Oct 2014 – Sep 2015)
  • President Director of PT PTP (Sep 2015 – Apr 2017)
  • President Director of PT PPI (Apr 2017 – Apr 2019)
  • Commercial Director of PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) (Apr 2019 – Mar 2020)
  • President Director of PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) (Mar 2020 – Sept 2021)
  • President Director PT Pelabuhan Indonesia (Persero) (Oct 2021 – now)