Dahnil Simanjuntak Tulis Pemikiran Prabowo Tentang Pertahanan

Tambahkan Caption pada image dan akan tampil di kolom ini.

Jakarta, Penaberita.id–Meski zaman sudah modern, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang, tapi ancaman perang masih cukup nyata di dunia. Hal tersebut terlihat masih adanya perang antar negara. Adu kekuatan dibidang alutsista. Lantas, seperti apa kebijakan dan pemikiran terhadap pertahanan di negeri kita (Indonesia)?

Sudah barang tentu, tema ini masih relevan di tengah gejolak krisis dan perang yang ada di muka bumi ini. Sebut saja perang antara Rusia dengan Ukraina, Amerika Serikat dengan Afganistan, Israel dengan Palestina dan lain sebagainya.

Terkait hal tersebut, dalam kesempatan bedah buku atau bicara buku, “Politik Pertahanan” karya juru tafsir sang Menhan, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan judul buku ini dipilih karena politik itu terkait dengan kebijakan kemudian dinisbahkan (gunakan) ke pertahanan.

Maka, semua tulisan yang ada di buku ini merupakan afirmasi dari pemikiran dan kebijakan Pak Prabowo dalam bidang pertahanan atau semasa menjadi Menhan RI.

“Jadi tulisan yang ada di buku ini adalah tafsir saya terhadap pemikiran dan kebijakan-kebijakan politik pertahanan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Saya jadi juru tafsir,” kata Dahnil Anzar Simanjuntak pada Kamis 10 Oktober 2024 silam di Perpustakaan Nasional RI, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 11, Jakarta Pusat.

Bang Dahnil (sapaan karibnya), menjelaskan dalam konsepsi pertahanan secara umum, adalah dunia milter. Jadi, sekolah-sekolah, orang-orang kebanyakan, ketika bicara soal pertahanan bicaranya tentang militer. Bicara soal alutsista. Begitulah perspektif orang-orang awam.

Di Indonesia, diskursus tentang pertahanan tidak ramai. Bahkan media, pada periode pertama Pak Jokowi tidak banyak yang menyorot kebijakan pertahanan Pak Jokowi.

Diskusi tentang milter juga tidak banyak di ruang publik. Ketika Pak Prabowo menjadi Menteri Pertahanan, karena punya daya tarik, maka isu pertahanan menjadi isu yang ‘menarik’ bagi media dan dalam diskursus publik. Semua orang menjadi belajar tentang pertahanan.

Lucunya, ada asimetris informasi antara otoritas pertahanan dengan publik. Karena banyak di dunia pertahanan yang tidak bisa diungkapkan kepada publik. Misal, bagian-bagian lemah kita tidak mungkin diumbar ke publik.

“Yang di glorifikasi oleh juru bicara adalah bagian-bagian kuat dari pertahanan. Kalau istilah orang Medan, biarlah sebagian pecah di perut sebagian lagi pecah di mulut. Yang pecah di mulut itu tugasnya juru bicara untuk menyampaikan tentang kekuatan. Sedangkan kelemahan atau yang kurang-kurangnya biarlah pecah di perut,” jelasnya.

Lebih lanjut Bang Dahnil, menuturkan politik pertahanan terkait dengan sikap terhadap kebijakan pertahanan. Dulu diskursus soal pertahanan ini menjadi kajian atau bahan yang kurang menarik untuk dibahas  dan dibaca.

Bab pertama dari buku ini bicara tentang pertahanan rakyat semesta (total war). Melibatkan seluruh komponen; militer, nirmiliter dan semuanya.

“Jadi, ada ancaman dalam kehidupan bernegara. Ancamannya bisa milter, idiologi, cyber dan sebagainya. Maka, harus dibangun kesadaran keterlibatan seluruh masyarakat Indonesia. Itulah sebabnya ada perspektif ekonomi pertahanan melalui undang undang PSDN (Pengelolaan Sumber Daya Nasional). UU Nomor 29 Tahun 2019,” tuturnya.

Bang Dahnil menambahkan, UU tersebut bicara tentang pembangunan (selain bicara cadangan juga bicara komponen sarana dan prasarana). Jadi, semua pembangunan yang dilakukan ada perspektif pertahanan. Misalnya, gedung ini dibangun dengan perspektif pertahanan milter, yakni ada banker untuk bersembunyi.

Contoh lainnya, ada pelabuhan komersil yang besar, tapi di sana ada tempat di mana kapal selam kita di simpan. Itu yang namanya  pembangunan dengan perspektif pertahanan. Begitu juga dengan jalan raya kita, selain kuat untuk dilewati kendaraan kecil maupun besar, juga bisa diakses atau dilewati kendaraan militer.

“Itulah yang disebut pembangunan ekonomi yang memunyai perspektif pertahanan.”

“Kedaulatan negara dan keselamatan rakyat itu adalah yang paling utama. Kalau kita sejahtera tapi tidak kuat, apa artinya. Ini seperti analogi punya rumah besar tapi tidak aman. Orang bisa setiap saat menerobos masuk dan mengambil apa saja dari rumah itu,” tandasnya.*** Frans