Jakarta, Penaberita.id–Buku Politik Pertahahan yang ditulis oleh juru bicara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, disebutkan ada tiga (3) hal yang harus diperhatikan ketika berbicara soal pertahan. Yakni, pertahanan militer, nirmiliter dan hyibrida. Untuk menjawab tantangan zaman serta perkembangan dan kemajuan teknologi, maka pertahanan yang harus dipilih adalah pertahanan rakyat semesta.
Terkait dengan pertahanan rakyat semesta tersebut, penulis buku sekaligus juru bicara Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak menyebutkan pertahanan sekarang tidak cukup dengan militer saja, maka harus diperkuat dengan nirmiliter dan hybrid.
“Dalam halaman 210. Pada bab ini saya bicara tentang Bela Negara dan Fenomena Clicktivism. Ini adalah tradisi anak sekarang. Anak yang merasa sudah berbuat sesuatu ketika sudah memberikan komentar dalam sosial medianya. Ketika sudah berkomentar seolah-olah semua tugas yang dilakukan sudah selesai,” ungkapnya dalam kegiatan bedah buku di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat belum lama ini.
Misal, kata Bang Dahnil (sapaan akrabnya), ketika ada bencana alam, kemudian diucapkan belasungkawa di sosial media (sosmed)-nya, maka selesai. Bahkan anak-anak ini bisa lebih kritis di medsos ini.
“Tapi di ruang publik/nyata yang sesungguhnya, tidak. Anak-anak ini merasa sudah berbuat sesuatu, tapi sebenarnya dia tidak melakukanapa-apa. Jadi, anak-anak muda ini harus ditarik ke dunia nyata,” imbuhnya.
Pada halaman 234 Bang Dahnil juga bicara tentang millenial bela negara dan tradisi baca. Salah satu sasaran dari serbuan cyber karena tradisi baca kita lemah. Maka tradisi riset juga lemah. Karena sosial media dan whatsapp (WA) grup membuat jadi egaliter.
“Nah rapuhnya tradisi baca ini menjadi pintu masuk dari pertahanan kebudayaan kita. Pintu masuk lemahnya pertahanan sumber daya manusia kita,” tutupnya. ***Frans