Kupang, Nusa Tenggara Timur, Penaberita.id—Setelah berwaktu waktu berlayar dari Banda Neira, Maluku Utara pada 21 Juni lalu, akhirnya KRI Dewa Ruci Muhibah Budaya Jalur Rempah bersandar di Kupang pada 26 Juni. Pelayaran tersebut juga diikuti Direktur Kepercayaan Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi.
Sebelumnya Muhibah Budaya Jalur Rempah telah melakukan pelayaran dari Surabaya, Makassar, Bau Bau, Ternate, Tidore, Banda Neira dan singgah di Kupang, sebelum kembali ke Surabaya.

Sesampainya di Kupang, pertunjukan Tari Cakalele pun menyambut kedatangan ke-55 Laskar Rempah. Selain itu, para Laskar Rempah ini juga disambut Direktur Perlindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek RI, Irini Dewi Wanti; Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek, Judi Wahjudin; Plt. Sekda NTT, Johanna Lisapaly,; Plt. Kadis Dikbud Provinsi NTT, Henderina Laiskodat dan jajarannya. Kemudian Dantamal VII Laksamana Pertama (Laksma), TNI Dr. Heribertus Yudho Warsono; Sekretaris Dinas Dikbud Kota Kupang, Ambo.
Seperti diketahui, pelayaran Muhibah Jalur Rempah mempunyai misi mengembalikan rempah sebagai kekuatan bangsa Indonesia. Kegiatan Muhibah Budaya Jalur Rempah diselenggarakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), bekerjasama dengan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL), Pemerintah Daerah, serta berbagai komunitas budaya.
Direktur Perlindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan Kemdikbudristek RI, Irini Dewi Wanti mengatakan, Indonesia adalah pemegang sah jalur rempah. Jejak rempah Indonesia telah menjadi ikon budaya yang mendunia dan menjadi jalur diplomasi internasional bidang kebudayaan.
“Muhibah Budaya Jalur Rempah adalah sebagai bagian untuk mengumandangkan kejayaan Nusantara dalam jalur rempah, melahirkan generasi muda yang membawa semangat rempah yang baru, semangat Indonesia yang berdikari, berinovasi, dan terus berikhtiar mewujudkan kemakmuran bagi Indonesia agar dapat mampu mewarnai peradaban dunia,” ujarnya, Minggu (26/6).

Melalui program Muhibah Budaya Jalur Rempah diharapkan dapat menumbuhkan kebanggaan masyarakat di berbagai daerah sekaligus memperkuat jejaring interaksi budaya antar daerah sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengembangkan dan memanfaatkan Warisan Budaya dan CagarBudaya Nasional, serta menginisiasi berbagai program dan aktifitas terkait rempah-rempah di daerahnya masing-masing sebagai modal untuk meningkatkan kesejahteraan.
“Jalur Rempah dilihat sebagai koridor untuk menghidupkan kembali, bahkan menggiatkan, interaksi antarbudaya, tidak hanya lintasan perdagangan komoditas. Sebagai pengembangan diplomasi budaya Indonesia secara sistematis dan massif dengan keharusan bersinergi lintas kementerian, lembaga, dan daerah,” tutur Sjamsul Hadi yang turut mendampingi pelayaran dari Banda hingga Kupang.

Para peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2022 atau Laskar Rempah merupakan pemuda-pemudi yang dipilih dari 34 provinsi di Indonesia yang berjumlah 149 orang, yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu pertama Kelompok Lada (35 orang) dengan rute pelayaran Surabaya-Makassar. Kedua Kelompok Cengkeh (37 orang) dengan rute pelayaran Makassar-Baubau-Buton-Ternate dan Tidore. Ketiga Kelompok Pala (37 orang) dengan rute pelayaran Temate-Tidore-Banda Neira-Kupang dan terakhir Kelompok Cendana (38 orang) dengan rute pelayaran Kupang-Surabaya.

Kupang menjadi salah satu Jalur Rempah karena keberadaan komoditas kayu cendana (Santalum album), asam, dan kemiri. Cendana meramaikan jalur perdagangan wewangian dunia yang berpusat di jazirah Arab, pusat perdagangan wewangian dupa tertua. Sejak ribuan tahun lalu, wewangian adalah elemen penting dalam ritual keagamaan, pengobatan, kecantikan, dan pengawet jenazah raja dan para pembesar. Sebagai pengingat, Laskar Rempah melakukan penanaman Pohon Cendana di SMK 6, Kupang, NTT.
Selain Cendana, masyarakat Timor di Kupang memiliki budaya tenun yang diwariskan secara turun temurun. Kain tenun Kupang awalnya menggunakan sumber pewarna alami yang banyak didapatkan pada tanaman di sekitar rumah, warna biru didapatkan dari daun nila, warna merah dari biji pinang, akar daun mengkudu atau kulitmanggis serta warna hijau dan abu-abu dari daun suji. Sedangkan warna lain bias didapat dari perpaduan warna-warna yang sudah ada. Motif tenun menggambarkan kondisi alam, geografis, flora dan fauna Timor menunjukkan bagaimana eratnya alam merasuk dalam alam budaya masyarakat Kupang.
PelestarianTenun oleh Pemda Kupang melalui pelatihan anak muda di SMKN 4 menjadi lokasi kunjungan Laskar Rempah untuk melihat proses pembuatan dan pelestarian Tenun Kupang.
Laskar Rempah dariJawa Tengah, Agustinus Damar Wahyu Nugroho mengungkapkan, pihaknya sangat terkesan atas antusiasme dan ramah tamah masyarakat NTT menyambut kedatangan LR dari 34 provinsi. Kami belajar menenun di SMK 4 Kupang, melihat taman edukasi rempah dan menanambibit Cendana di SMA 6 Kupang, dan mempelajari tradisi pinang sirih untuk berbagai keperluan di Museum NTT.
“Itu semua memberikan pelajaran bahwa Jalur Rempah menciptakan ketersambungan dan narasi positif khususnya pemulihan NTT melalui konservasi cendana sebagai komoditas andalan Nusa Tenggara Timur,” tutupnya. *** FransP