Jose Rizal Manua: Remy Sylado Itu Kamus Berjalan

Tambahkan Caption pada image dan akan tampil di kolom ini.

Penaberita.id, Jakarta–Jika penyair terkemuka Willibrordus Surendra Broto Rendra alias WS Rendra dijuluki Si Burung Merak, Chairil Anwar dijuluki Si Binatang Jalang, oleh sahabat-sahabatnya, Remy Sylado dijuluki sebagai Kamus Berjalan.

Teatrawan yang juga sastrawan,Jose Rizal Manua mengatakan, julukan tersebut diberikan karena Remy Sylado merupakan seniman yang keahliannya banyak. Julukan itu dikarenakan pengetahuannya yang sangat luas. “Ditengah keterbatasan saya, Bang Remy itu seperti tahu segalanya. Sekali saya menanyakan apa yang tidak saya ketahui, Bang Remy bisa menjelaskannya lebih dari apa yang saya harapkan,” katanya, Kamis (13/1).

Jose tertarik menampilkan karya-karya Remy Sylado karena melalui karya-karyanya Remy Sylado mendobrak kemapanan. Untuk itu saya menyebut Remy Sylado sebagai ‘pembaharu’, dalam menekuni dan mempresentasikan berbagai bidang seni, termasuk puisi.

Ia sendiri mengenal Remy Sylado sejak tahun 1972. Ketika itu Bang Remy (panggilan akrabnya untuk Remy), berkunjung ke Sanggar Teater Wijaya Kusuma, pimpinan Rendra Karno (aktor film tahun 50-60-an). Bang Remy diundang untuk bincang-bincang ringan tentang seni dan budaya. Ketika itu Bang Remy sudah sangat terkenal, juga majalah “Aktuil” yang diasuhnya sangat digemari oleh para seniman muda di Tanah Air. Sejak itu persahabatannya dengan Remy Sylado pun berlanjut hingga hari ini.

Selain itu, Remy Sylado juga diklasifikasikan sebagai budayawan maupun seniman yang lengkap. Tidak banyak seniman yang keahliannya sebanyak Remy Sylado. Ia adalah ahli bahasa, yang menguasai bahasa Ibrani, Yunani, Arab, Cina dan lain-lain.

Selain itu, ia juga ahli musik, musisi, dan pencipta lagu, yang menulis kamus musik dunia dalam dua jilid. Juga menulis buku tentang dramaturgi, tentang acting, dan mengajar di bidang seni teater dan film. Ia juga menyutradarai, menulis naskah-naskah drama, dan sebagai aktor film juga pernah meraih penghargaan sebagai aktor terbaik.

“Keunikan, keotentikannya serta hal-hal yang tidak terduga yang lahir dari kreatifitasnya semakin menambah ketertarikan saya,” ungkapnya.

Dijelaskan Bang Jose (panggilan akrab untuk Jose Rizal Manua) menjelaskan, kalau kita mengenal Remy Sylado lebih dekat, maka kita akan tahu, bahwa Bang Remy itu orangnya ‘humoris’, sense humor ini seringkali hadir dalam banyak karya-karyanya. Humor-humornya adalah humor yang cerdas. Begitulah karya-kayanya yang lahir dalam bentuk puisi, yang kemudian kita mengenalnya sebagai puisi Mbeling, dan puisi-puisi Mbelingnya ini banyak menginspirasi penyair-penyair muda di zamannya. Melalui majalah Aktuil yang diasuhnya.

Keunikan dan keliaran kreatif dari puisi-puisi itu yang disukai Jose Rizal Manua, sehingga dicoba didalaminya, kemudian membacakannya di berbagai daerah di Tanah Air. Dan ternyata, puisi-puisi Mbeling Remy Sylado ini mendapat sambutan yang menggembirakan ketika dibacakan di mana-mana.

“Karena itu, banyak sekali karya-karyanya yang saya tampilkan. Kalau dihitung lebih dari 50 puisi Bang Remy pernah saya bacakan di mana-mana, di antaranya; Kesetiakawanan Asia-Afrika, Belajar Menghargai Hak Asasi Kawan, Encek Peng Kun, Ciri-ciri Orang Indonesia, dan banyak lagi,” jelasnya.

Sudah Tepat Tapi Belum Memuaskan

Remy Sylado adalah salah satu budayawan, sastrawan dan seniman terpenting di Indonesia. Jasa-jasanya dalam bentuk literasi, seni rupa dan musik sangat besar bagi bangsa dan Negara Indonesia. Karena Pemerintah hendaknya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Remy Sylado.

Saat ini Remy Sylado terbaring sakit, hendaknya pemerintah memperhatikan kesehatannya yang menurun itu. Karena sudah sangat banyak yang diberikan Remy Sylado untuk bangsa ini melalui karya-karya terbaiknya. Baik yang berupa novel, pandangan keilmuan, musik dan lukisan-lukisan.

Namun, seringkali, pemerintah memandang budayawan, sastrawan, dan seniman itu sebagai ‘musuh’, karena pandangan-pandangannya yang kritis. Tapi sebenarnya, apa yang dilakukan oleh mereka adalah: ‘Tidak membenarkan yang salah, tapi tanpa kebencian’.

“Karena mereka adalah juga rakyat yang sangat mencintai Tanah Airnya. Kritik-kritik yang disampaikan mereka adalah karena rasa cinta itu,” ungkapnya.

Bang Jose menambahkan, penghargaan-penghargaan yang diberikan pemerintah kepada para seniman-seniman yang berprestasi sebenarnya sudah tepat, tapi belum memuaskan. Di negara tetangga kita Malaysia, penghargaan pemerintah untuk seniman, berupa anugerah: Sastrawan Negara, di mana budayawan/sastrawan/seniman yang memperoleh penghargaan ini sepanjang hidupnya dijamin oleh pemerintah dan mendapat fasilitas kelas satu dalam berbagai hal.

Misalnya, kalau bepergian mendapat tiket pesawat kelas satu, tempat menginap kelas satu, dan seterusnya. Dan kalau mereka menulis buku, bukunya dibeli oleh pemerintah dan dibagikan ke sekolah-sekolah. Jose pun bercerita tentang temannya yang menjadi  ‘Sastrawan Negara’ di Malaysia. Teman tersebut bukunya dibeli oleh pemerintah dan dicetak sebanyak 27.000, untuk didistribusikan ke sekolah-sekolah.

“Kalau apresiasi seperti ini dialami oleh budayawan/sastrawan/seniman di Indonesia, tentu akan sangat membantu secara ekonomi,” pungkasnya.

Penulis: Frans P
Foto: Dok. Pribadi