Jakarta, Penaberita.id—Akhir-akhir ini kita kerap disuguhkan dengan berbagai macam potret kehidupan atawa gambar tentang sebuah tempat, orang dan aktivitas seseorang di suatu tempat. Biasanya, foto-foto tersebut seolah sedang mencoba menggambarkan suasana atawa mood sebagai upaya untuk menarik simpati orang-orang yang melihat itu bak air bah yang melimpah, mengalir memenuhi segala ruang media, baik surat kabar, media sosial (facebook, instagram, twitter, dll).
Terkait hal tersebut, Himbar Andriyani, seniman dan photographer yang menahun sudah berkecimpung di dunia street photography ingin berbagai mengenai pengalaman sekaligus tips terkait street photography pada 7 Juli 2022, pukul 15.00 WIB di Bellevue Art Space, Cinere, Bellevue Mall, Jl Merawan No.23, Pangkalan Jati, Cinere, Depok. Dalam kesempatan tersebut, dari tanggal 7 sampai dengan 16 Juli, Mba Andri (sapaan akrabnya) juga akan memamerkan karya-karya street photography juga karya-karya digital art-nya.
Baginya, street photography bukan sekadar kegiatan memotret suatu tempat atawa seseorang dan aktivitasnya di ruang publik tanpa disadari. Namun, setelah melakoni sebagai street photography, bagi Andri ini merupakan semacam kegiatan human interest.
“Bagiku, street photography adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan dan sangat human interest. Sebab, melalui foto dan momen yang tepat kita bisa menghidupkan suasana atawa mood yang secara langsung atawa tidak bisang menggetarkan hati dan jiwa orang yang melihatnya,” ujar perempuan yang lahir, besar dan bersekolah dari SD hingga SMA di Kediri, Jawa Timur (Jatim) ini.
Lebih lanjut, seniman yang pernah belajar di Politeknik Brawijaya Malang, Jatim ini menjelaskan, ada sebanyak lima (5) foto berseri serta membuat instalasi karya fotografi dengan media kain (baju) yang dipotret di Indonesia, Singapura, Belanda dan negara-negara lainnya. Dengan kata lain, selain berbagi tips, kisah juga pengalaman tentang street photography, seniman dan fotografer yang menamatkan pendidikannya di jurusan Fine Art di Artez Kunst Academie Arnhem, Belanda dan belajar Abstract Painting selama dua (2) tahun di Singapura ini juga ingin bercerita tentang kegembiraan, kesedihan, kepedihan, keperihan, kesunyian juga hidup dan kehidupan seseorang melalui karya fotonya.
“Agar tidak membosankan, karya-karya dari street photography ini akan dipamerkan dengan gaya dan cara instalasi seni. Agar tidak seperti pameran foto pada umumnya, dan paling penting agar tidak menjenuhkan dan membosankan,” jelas perempuan kelahiran 26 Juli ini.
Dalam kesempatan tersebut, seniman dan photographer yang pernah kursus melukis di atas silk di Uzbekistan, kursus melukis di Taskent (Armenia) dan kursus photography kepada Darwis T ini juga akan bercerita tentang hasil risetnya mengenai street photography di media sosial serta pengalamannya memotret Grebeg Sudiro di Solo, memotret kehidupan warga terdampak gempa bumi di Yogyakarta, Tsunami di Aceh, pengalaman sebagai NGO Amerika Serikat serta pengalamannya momotret banjir di Jakarta.

“Saya pernah diprotes, dimarahin oleh ibu-ibu dan warga terdampak bencana. Meski kina permisi alias kulonuwun sekalipun, tidak semua orang bisa menerima kehadiran kita pada kondisi-kondisi tertentu. Yang jelas, dari sini Aku jadi belajar tidak sombong. Sebab street photography itu kebanyakan membuat foto-foto kehidupan sehari-hari,” tuturnya.
Kurator sekaligus pengelola Bellevue Art Space, Bambang Asrini W mengatakan, pihaknya terbuka bagi seniman apa saja yang ingin berkarya dan memamerkan karya-karyanya. Sebab, Bellevue Art Space menjadi semacam angin segar atawa oase bagi seniman, fotografer dalam berkarya sekaligus memamerkan karya-karyanya.
“Dan kali ini kami membuka ruang diskusi terkait pengalaman, cerita, tips tentang street photography Himbar Andriyani. Mari datang, berdiskusi, belajar dan kita apresiasi bersama karya-karyanya,” tandasnya. *** Frans P