Membincang wanita Indonesia tidak sekadar membincang gender. Dengan kata lain, wanita-wanita mempunyai peran yang cukup signifikan dan besar bagi keluarga serta bagi negara dan bangsa Indonesia. Dalam hal ini, wanita Indonesia tak sekadar wanita, tapi telah menjadi Ibu Bangsa yang mempersiapkan generasi muda yang mendidik anak-anak sebagai generasi penerus masa depan bangsa, yang kreatif, inovatif, unggul.
Selain itu, wanita Indonesia juga telah menorehkan sejarah dan perjuangan panjang atas kemerdekaan serta menegakkan pondasi keluarga, negara dan bangsa agar tetap berdiri tegak, lebih baik, lebih maju, sejahtera juga bahagia.
Terkait hal tersebut, pada Rabu (25/11) jurnalis Penaberita.id Frans P, berkesempatan mewawancarai Ketua Umum KOWANI, Giwo Rubianto Wiyogo tentang program kerja dan capaian salah satu organisasi tertua di Indonesia tersebut serta peranannya dalam membangun serta menegakkan bangsa dan negara ini. Berikut petikan wawancaranya:
KOWANI sebagai organisasi wanita yang berdiri sejak 22 Desember 1928 hingga sekarang, berapa anggotanya?
Saat ini KOWANI mempunyai 97 organisasi anggota di tingkat pusat, secara keseluruhan ada 87 juta perempuan yang menjadi anggota.
Anda sudah dua periode menjadi ketua umum KOWANI (2014-2019 dan 2019-2024), untuk periode yang kedua ini apa program kerja Anda?
Untuk program dalam periode ini secara garis besar saya mengedepankan persiapan kaderisasi untuk kepemimpinan berikutnya agar kelak membawa panji KOWANI semakin berkibar dan semakin harum terdengar di seluruh Nusantara. Sehingga KOWANI dapat terus mewujudkan persatuan dan kesatuan diantara organisasi wanita Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang bermartabat, berkesetaraan dan berkeadilan gender.
Sekaligus menggaungkan salah satu tugas mulia yang merupakan mandat dan amanah dari “Founding Mother” yakni, sehebat-hebatnya perempuan, apapun profesinya, dimanapun dia berada, serta apapun statusnya, sebagai perempuan adalah pengemban Ibu Bangsa yaitu perempuan yang mendidik anak-anak sebagai generasi penerus masa depan bangsa, yang kreatif, inovatif, unggul, yang sehat jasmani dan rohani serta berkepribadian bangsa yang kuat dan nasionalis.
Program kerja apa yang sudah tercapai, contohnya seperti apa?
Adanya Gerakan Ibu Bangsa yang merupakan hasil pemikiran, tekad dan komitmen bersama untuk menghadapi berbagai persoalan masyarakat yang memerlukan perhatian seperti Percepatan Penurunan Stunting; Percepatan Penurunan Covid-19; Percepatan Vaksinasi; Gerakan Masker; Perlindungan Tenaga Kerja dengan BPJS (PERISAI) dan Percepatan Pengesahan UU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga serta masih banyak lagi yang lainnya.
Apa “siasat” Anda agar program kerja tersebut bisa berjalan dimasa Pandemi Covid-19?
Pandemi Covid-19 ada di Indonesia ketika saya baru tiga bulan dilantik sebagai Ketua Umum KOWANI untuk periode kedua. Memang kendalanya berupa aksesibiltas terhadap jaringan internet yang terbatas untuk wanita-wanita yang ada di daerah pedesaan, di daerah terpencil, tertinggal dan terluar
Meski demikian, tantangan pandemi ini kami jadikan sebagai sebuah keuntungan. Sebab, di massa normal, ketika memberikan sosialisasi dan edukasi kita bisa mengupulkan sekitar 200-300 orang dalam suatu pertemuan, dengan adanya pandemi, tentunya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi secara positif, kita bisa memberikan sosialisasi dan edukasi terhadap seribu peserta melalui virtual. Dengan kata lain, jangkauannya bisa menjadi lebih luas. Tidak hanya itu, di massa pandemi ini, program-program kita bisa bertambah lebih banyak.
Untuk UMKM tantangannya adalah memasarkan produk. Sebelum pandemi, para pelaku UMKM ini memasarkan produk-produknya melalui tatap muka, sekarang harus melalui online atau secara digital. Untuk ini kita siasati dengan KOWANI Fair Online bekerjasama dengan marketing online sebagai ajang pertemuan antara buyer, seller, produsen. Memang banyak tantangan, hambatan tetapi kita harus bisa menyiasati. Justru pada saat ini banyak wanita-wanita yang lebih maju usaha UMKM-nya menjalankan pemasaran melalui online. Di sisi lain, banyak juga wanita yang mengalami kekerasaan dalam rumah tangga semakin meningkat, perkawinan usia dini semakin meningkat, stunting semakin meningkat.
Pada intinya kita wanita harus cerdas, adoptif, inovatif, kreatif dan produktif dan menjadi agent perubahan serta mudah menyesuaikan dengan kemajuan teknologi 4.0 dan masyarakat 5.0 dan kita harus bisa. Bagi yang tidak bisa menggunakan digital, mau tidak mau harus bisa melakukan itu. Sekarang sebagian besar pengurus KOWANI sudah terbiasa melakukan pertemuan secara online dan memanfaatkan perkembangan digital.
Bagaimana Anda melihat peran wanita dulu dan sekarang, apakah ada perbedaan yang sangat signifikan? Apakah wanita masih dipandang sebelah mata?
Dulu, para wanita Indonesia bersatu untuk bela negara, yakni bersatu menghadapi penjajah, agar lebih kuat dan solid dalam memerdekakan bangsa Indonesia. Pada saat ini para wanita Indonesia, khususnya KOWANI bersatu untuk menghadapi buta aksara, memperjuangkan pendidikan anak-anak yang putus sekolah, melawan kebodohan dan mencerdaskan wanita Indonesia. Selain itu, membela dan melindungi perempuan dari kekerasan seksual, ketidakadilan serta memperjuangkan percepatan pengesahan UU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, berjuang untuk menghadapi Pandemi Covid-19 dan masih banyak lagi peranan dan perjuangan lainnya yang dilakukan.
Kita harus tetap berjuang dimana wanita dapat menjadi mitra sanding dan mitra tanding laki-laki walaupun masih ada orang yang belum rela prempuan lebih maju karena tradisi lama. Maka dari itu perempuan tidak hanya harus adaptif, adoptif dan kreatif tetapi juga harus cerdas. Cerdas seperti apa? Seperti cerdas kodrati, yaitu mengetahui kodrat yang berbeda antara laki-laki dan perempuan (haid, hamil, melahirkan, menyusui), akan tetapi fungsi lainnya harus sama.
Cerdas tradisi, yaitu dapat memilah tradisi yang baik untuk diri dan kesehatan. Cerdas sosial, yaitu mengetahui tata pergaulan sosial yang membangun karakter. Serta cerdas profesi, yaitu hak memilih untuk melaksanakan profesi dengan sebaik-baiknya termasuk sebagai ibu rumah tangga.
Tentu saja sekarang wanita Indonesia sudah berdaya dilihat dengan sudah banyaknya peran yang diisi oleh wanita dan hampir diseluruh aspek kehidupan, dimana wanita dapat bersama-sama dengan laki-laki berperan dalam pembangunan.
Apa harapan Anda untuk KOWANI kedepan?
Saya berharap KOWANI menjadi organisasi yang lebih mapan, mumpuni, jadi role model serta terus dan konsisten menjalankan visi-misinya, yakni meningkatkat harkat, martabat dan derajat perempuan Indonesia. Saya siap mengabdikan diri untuk pemberdayaan dan kemajuan wanita Indonesia. Sebab saya percaya jika perempuan diberikan kesempatan yang sama maka mereka akan tumbuh dengan banyak pilihan.
Apa pendapat Anda tentang bahaya laten korupsi? Bagaimana cara Anda agar anggota KOWANI tidak “terjerembab” dalam “perangkap korupsi” tersebut?
Terkait korupsi, itu kembali lagi kepada diri kita masing-masing. Yang jelas, KOWANI anti korupsi. Untuk memerangi korupsi, KOWANI bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan terus mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya laten korupsi, bahwa wanita Indonesia harus jujur, bekerja keras, bekerja cerdas serta bekerja secara ikhlas.
Sebagai organisatoris, kita harus mengutamakan kepentingan orang banyak disbanding kepentingan diri sendiri. Tidak egois, tidak memikirkan kepentingan sendiri. Para pengurus serta anggota KOWANI juga dididik untuk jujur, ikhlas, transparan secara managemen dan transparan secara keuangan.
Dan apa yang kita lakukan dalam berorganisasi, semuanya berdasarkan aturan AD/ART sebagai organisasi yang Pancasilais. Nah, bukan hanya dalam organisasi, tetapi juga kepada keluarga, anak-anak dari sejak usia dini harus mempunyai karakter yang baik. Seperti menjauhkan dari sifat dan sikap hedonism, didasari agama yang kuat, tidak iri hati, apa yang kita terima, kita harus bersyukur.
Bagaimana Anda membagi waktu sebagai seorang istri, ibu dan dalam organisasi serta pekerjaan?
Skala prioritas adalah yang harus diutamakan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Saya harus dapat membagi waktu untuk keluarga yaitu menjadi pendamping/isteri, sebagai ibu dari ke empat anak laki-laki saya ditambah sebagai mertua dan eyang buat cucu saya,,untuk pekerjaan sebagai Presiden Direktur pada perusahaan dan sebagai organisator, serta untuk saya pribadi sebagai seorang Giwo.
Apa hobi Anda? Kenikmatan apa yang diperoleh dari hobi tersebut?
Saya mempunyai hobi mengkoleksi replika kura-kura. Kesukaan ini dimulai ketika kakek saya memelihara kura-kura dan pada 1992, ibu mertua memberi oleh-oleh berupa batu Meksiko bentuk kura-kura. Pada 2013, koleksi replika kura-kura saya mencapai 1001 dan sampai diganjar penghargaan dari MURI “Koleksi 1001 Replika Kura-kura” pada tahun itu.
Dari tahun itu hingga sekarang mungkin koleksi replika kura-kura dengan berbagai material, seperti kertas, kayu, batu, roti, kacang, berlian dan berbagai material lainnya mungkin sudah mencapai 10 ribuan replica kura-kura.
Selain bentuknya yang menarik dan estetik, kura-kura ini juga mempunyai makna dan filosofi yang secara langsung maupun tidak langsung juga saya terapkan dalam kehidupan pribadi, dunia usaha dan organisasi. Sebagai misal, kura-kura mempunyai tempurung (rumah) mencapai 13 lapis yang unik berwarna-warni. Selain sebagai tempat perlindungan yang aman serta merupakan lambang usia panjang. Tempurung ini juga sebagai pengingat, bahwa kemana pun kita pergi, apapun masalahnya, kita akan selalu ingat dan kembali ke rumah. Di sisi lain, jika kura-kura ini sudah menggigit sesuatu, maka tidak akan mudah dilepas. Maknanya, jika kita mendapat sesuatu termasuk yang tidak berharga jangan mudah dilepas.
Hal lainnya, jika bertelur, kura-kura ini akan menyembunyikan telur-telurnya itu ke dalam pasir, lalu ibunya pergi dan membiarkan telur-telur itu menetas sendiri alias tidak dierami atau dijaga seperti binatang yangbertelur lainnya. Hal ini secara tidak langsung mengajarkan kita tentang prinsip kemandirian. Yang tidak kalah menariknya, jika berjalan, kura-kura tidak pernah berjalan mundur, jalan terus ke depan dan paling hanya berbelok. Jika ada rintangan/halangan, kura-kura itu akan diam/berhenti sejenak mencari cara, kemudian berjalan lagi ke depan. Karakter ini mengajarkan kita untuk selalu punya kemamuan yang kuat untuk mencapai sesuatu walaupun penuh rintangan. Dan masih banyak lagi lainnya. Yang jelas, itulah beberapa alasan kenapa saya suka mengoleksi replika kura-kura.
Biodata:
Masyarakat mengenalnya sebagai Dr. Ir. Giwo Rubianto Wiyogo M.Pd. Lahir di Bandung, Jawa Barat, 8 Mei 1962,. Dalam kesehariannya, publik lebih familiar dengan nama Ibu ‘Giwo’ yang merupakan seorang Aktivis Perempuan, Pengusaha, Akademisi, Pekerja Sosial, Pendidik dan Akademisi Indonesia.
Pada Desember 2014, Ibu Giwo terpilih sebagai Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia yang merupakan federasi dari 97 organisasi wanita tingkat Nasional di Indonesia, dan terpilih kembali pada tahun 2019 yang lalu. KOWANI sendiri menjadi satu-satunya organisasi wanita Indonesia yang mempunyai consultative special status sebagai anggota UN Women dan Dewan Ekonomi dan Sosial PBB (ECOSOC, Economic and Social Council).
Terlahir sebagai putri kedua dari empat bersaudara, pasangan Almahum H.R.Wirjatmo dan Almarhumah Hj.R.Tjahjaningsih. Sang Ayah merupakan Anggota Polisi yang masa itu bernama Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Sehingga sejak kecil telah dididik disiplin dan penuh tanggung jawab dalam keluarga. Hal itu membuat Ibu Giwo dan saudara-saudaranya tumbuh menjadi sosok yang sekarang, yaitu kuat, tangguh serta penuh tanggung jawab, dan memahami bahwa segala sesuatu yang diinginkan harus diperjuangkan dan untuk memperolehnya harus melalui proses, jadi tidak ada yang instan.
Dari hasil pernikahannya, dengan dengan Ir. Rubianto Wiyogo, Putra Letnan Jenderal TNI (Purn) Wiyogo Atmodarminto, yang merupakan Gubernur DKI Jakarta periode 1987– 1992, Ibu Giwo dikaruniai 4 orang putra, yaitu Ato Wurianto Rubianto Wiyogo. SE (Manager PT. Wisma Bumisatu, menikah dengan dr. Brenda Hayatulhaya Wurianto); Putra ke dua, Agi Wibianto, M.Is (IT Head Departement MRT Jakarta, menikah dengan Prista Setiani, S.E). Selanjutnya, Adito Wirbianto dan si bungsu, Ardi Amandianto. Saat ini Ibu Giwo sudah memiliki 5 orang cucu yaitu Carlo Mohammad Wurianto, Daanya Bianca Wurianto, Eireen Naisha Wurianto, Agastha Wibianto dan Aqisya Wibianto.
Foto: Dok. Pribadi