Kepala Museum Sumpah Pemuda, Titik Umi Kurniawati: Museum Ini Rumah Kedua Saya dan Rumah Ketiga Masyarakat

Foto: Dok. Pribadi
Foto: Dok. Pribadi

Apa yang terpikir atawa terbayang dibenak Anda ketika mendengar kata museum? Kuno, mistis, angker, tidak gaul, membosankan,… Namun, seiring dengan perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, perwajahan museum serta program, sara prasarana pendukungnya, perlahan tapi pasti mulai bertukar muka.

Ya, strategi mematut patutkan museum ini menjadi salah satu akal dan cara agar museum tidak ditinggalkan pembelajar dan peminatnya. Dari museum orang bisa menilik sejarah negara dan bangsanya. Tak jarang, dari museum ini pula orang memeroleh ilmu tentang keoraganisasian, proses hidup, pengetahuan sosial, politik, fisika, matematika, biologi, ekonomi dan banyak pengetahuan lainnya.

Dari sebuah museum ini juga, bangsa-bangsa lain mengenal sejarah perjuangan serta peradaban suatu negara dan bangsa. Salah satunya adalah Museum Sumpah Pemuda, tempat masyarakat dari pelbagai kalangan untuk mengenal sejarah bangsa dan negaranya, mengenal tokoh pendahulunya serta belajar semangat para pendahulunya. Selanjutnya, museum ini juga termasuk salah satu museum yang banyak berbenah diri agar tidak ditinggalkan peminatnya.

Untuk mengetahui seperti apa perwajahan kekinian dari Museum Sumpah Pemuda, jurnalis Penaberita.id, Frans P belum lama ini berkesempatan mewawancara Kepala Museum Sumpah Pemuda, Titik Umi Kurniawati, di ruang kerjanya, Jl Kramat Raya 106, Jakarta Pusat. Berikut petikan wawancaranya;

Sejak kapan Anda menjadi kepala Museum Sumpah Pemuda? Program kerja jangka panjang dan fokus kerja di tahun 2022 sebagai Kepala Museum Sumpah Pemuda apa saja?

Saya di sini pada 3 September 2019. Tidak sedikit orang yang menyepelekan museum, mereka lebih suka berkunjung ke pusat perbelanjaan, pantai dan ketempat-tempat wisata serta tempat hiburan lainnya yang lebih menarik menurut mereka. Saya sebagai pengelola museum punya mimpi bagaimana museum ini saya buat “antik” tapi modern. Memang kita menyimpan benda-benda sejarah dan purbakala, tapi kita mengemasnya dengan semodern mungkin. Kemudian untuk sampai ke sana, kita perbaiki sarana prasarananya agar masyarakat mengapresiasi.

Kemudian Sumber Daya Manusia (SDM)-nya agar tidak kuno, good looking, cara memberikan informasinya menarik. Kemudian faktor pendukung lainnya dalam membuat museum menjadi semanrik mungkin, seinstagramebel mungkin, dll. Mimpi atawa program saya adalah mengubah image atawa cara pandang, cara berpikir tentang arti pentingnya museum. Jadi, bagaimana seseorang itu jadi lepih peduli, datang tidak hanya sekali, tapi bagaimana bisa berinteraksi langsung terhadap koleksi karena ketertarikannya.

Maka, perbaikan sarana prasarana, pengembangan SDM, pengembangan wawasan sebagai edukator atawa orang yang memberikan informasi kepada masyarakat harus orang yang luwes, smart, good loking, rapi, dan seterusnya. Dalam hal ini, penampilan menjadi penting, agar orang tertarik datang berkali-kali ke museum. Sebab yang berkunjung ke museum ini mulai dari tingkat PAUD sampai masyarakat umum, maka pemberian materi informasinya harus berbeda. Itulah sebabnya kita hadirkan kids zone, agar ketika berkunjung ke museum, anak-anak ini jadi betah.

Kemudian membuat program  yang menarik masyarakat dengan bekerjasama dengan pihak luar. Contoh, ketika pandemi kita bisa membantu pekerja seni, pekerja film, pekerja budaya yang terdampak pandemi kita ajak bekerjasama, berkreasi di museum yang secara tidak langsung ada unsur simbiosis mutualisme. Masyarakat dan komunitas terbantu, museum juga terbantu.

Selain itu, kita juga bekerjasama dengan media. Sebab, tanpa media kita tidak bisa apa-apa, meskipun kita sudah punya media sosial, seperti instagram, youtube, facebook, twitter sebagai salah satu media untuk mempromosikan museum. Kita fokuskan pada pengembangan diri, inovasi dan kreativitas. Oleh sebab itu, dengan adanya pandemi membuat kita untuk berpikir lebih kratif, lebih keras dan lebih maju.

Menurut Anda pandemi kemarin peluang atawa tantangan?

Kalau saya menyebutnya peluang untuk maju. Jadi, museum yang tadinya tidak terlalu terkenal, bisa terkenal melalui website, virtual reality, melakukan penyuluhan daring, sosialisasi, seminar, webinar, podcast dengan melibatkan narasumber yang terkenal, sehingga bisa menyedot perhatian banyak orang. Dengan kata lain, cara memberikan informasi ini juga harus pandai, sebab masyarakat beragam. Karena museum ini jendela informasi dunia, tidak hanya tempat edukasi, tapi juga tempat rekreasi, tempat menyenangkan, tempat menginspirasi untuk kreatif.

Salah satu program saya adalah revitalisasi agar lebih menarik. Sebab, selama 12 tahun museum ini belum direvitalisasi agar tidak memberikan kesan kuno, angker dan seterusnya. Kemudian tata pamernya juga dibenahi. Dengan program kerja ini dan tentunya bekerjasama dengan para ahli, baik ahli cagar budaya, ahli sejarah dan ahli-ahli yang terkait kita berkumpul menyatukan visi misi, desain. Jadi, sekarang tata pamer Museum Sumpah Pemuda sekarang ini lebih kekinian, lebih cermat, lebih ramah lingkungan, era digital dan interaksi antara pengunjung dan koleksi lebih muda. Ada interaksi dua arah antara pengunjung dan koleksi melalui sistem digital.

Seberapa penting image bagi Museum Sumpah Pemuda?

Sangat penteing. Jika dari segi sarana dan prasarana serta SDM-nya sudah bagus, tapi image atawa cara berpikir atawa cara pandang masyarakat terhadap museum perlu diubah. Maka eksistensi museum itu harus bisa mengubah orang, menghipnotis pengunjung, siapapun itu pengunjungnya, supaya dia bisa mencintai museum. Supaya Museum Sumpah Pemuda itu ada di hatimu.

Sesuai dengan iyel-iyel museum: salam sahabat museu, museum di hatiku, di hatimu. Jadi tidak hanya di hatiku, tapi juga di hati masyarakat. Jadi image ini sangat penting. Sekarang memang sudah bagus, tapi kalau image-nya masih kuno, angker, tidak menarik, tidak modern termasuk tidak penting.

Bagaimana kita menarik minat masyarakat, maka kita perbaiki sasrana prasarana, koleksinya kita pelihara dengan bagus, tata pamer dan sudah modern. Itulah pentingnya untuk mengubah image terhadap museum, agar datang ke museum bukan sebagai sarana belajar, tapi juga rekreasi, mencari inspirasi bahkan betah berkongkow-kongkow di museum.  Saya ingin juga museum ini menjadi tempat kongkownya anak muda.

Apa kendala dan siasat dalam mengubah Museum Sumpah Pemuda menjadi semenarik ini?

Ketika saya SMA juga sempat berpikiran dan tidak tertarik ke museum. Kalau ada study tour itu karena kewajiban dari sekolah. Ternyata itu adalah hal yang salah, dan saya menyesal. Nah, sekarang ketika di tempatkan pada bagian kerja museum, terlebih dahulu saya harus mencintai pekerjaan saya dulu, kemudian niat. Seperti slogan museum, yakni museum di hatiku, harus di hatiku dulu museum ini, setelah itu baru mencintai pekerjaannya. Kemudian kalau di hatiku, terus berusaha mengubah museum supaya lebih menarik. Bagaimana menarasikan koleksi museum ini ke masyarakat menjadi salah satu bagian yang tak kalah pentingnya.

Sebab, indikator keberhasilan  itu salah satunya pengunjung. Kegiatan sebesar apapun, dianggapnya masih kurang. Peminatnya kurang. Kemudian mulai melakukan perbandingan dengan museum-museum lain sesuai dengan karakter Museum Sumpah Pemuda, kemudian berdiskusi dengan ahli-ahli museum. Tetapi saya bersyukur karena didukung tim. Di mana pun kita berada kita harus bisa mencari tim yang bisa diajak kerja sama dengan cepat dalam mengembangkan museum.

Teman-teman dalam tim ini sepikiran, setuju dan bosan dengan kondisi museum yang terlalu kuno, maka disulaplah program-program. Sehingga di masa pandemi, anggaran untuk luring saya alihkan ke daring, tentunya dengan alasan yang kuat. Salah satunya merubah sarana dan prasarana agar lebih dikenal apalagi mau berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Sarana prasarananya kita perbaiki, tata pamernya kita revitalisasi, koleksi dibuatkan narasi agar membuat orang tidak bosan, dengan alasan yang kuat maka di gol kan lah anggaran itu.

Dibuktikan dengan pekerjaan-pekerjaan rumah yang lampau harus diselesaikan dan sekarang sudah saya kerjakan dan selesaikan. Salah satunya soal sertifikat. Tepatnya sejak tahun 1974 museum ini belum memiliki sertifikat tanah. Museum ini hibah dari pengusaha China, bernama Kong Lian. Resmi menjadi museum 1974, tapi belum ada sertifikat. Kemudian 28 Oktober 2021 sertifikatnya keluar. Saya mengurusnya dari tahun 2019, alhamdulillah, kurun waktu dua tahun sertifikat selesai. Itulah saya katakan, pandemi membawa berkah.

Yang penting cintai dulu pekerjaan kita, kemudian kita ikhlas dan semangat membuat museum semakin eksis. Kita sebagai pengelola museum harus masif mempublikasikannya kepada siapapun dan di manapun.

Kerja-kerja dengan teman-teman komunitas sepeda ontel, salah satunya program bersepeda dengan Museum Sumpah Pemuda (Bersapada). Kemudian Weekend Seru di Museum Sumpah Pemuda, melakukan kreativitas seni, budaya dilaksanakan secara terus menerus agar memberikan orang untuk datang ke museum. Sebab, museum ini adalah salah satu ruang publik, maka inilah salah satu kesempatan dan peluang yang belum pernah dilakukan sebelumnya, tapi sekarang kami lakukan dan manfaatkan.

Dari program kerja tadi, apa saja yang sudah selesai, akan dan bakal dikerjakan?

Kita sudah selesai melakukan kajian-kajian ke Manado, Yogyakarta sudah selesai. Kemudian penyuluhan, Bersepada, kemudian Weekend Asyik/Seru kita memberikan kesempatan kepada teman-teman difabel, tunarungu, tunawicara dan sebagainya untuk melatih bahasa isyarat, cara membuat gelang manik, menyulam dengan cara tradisional, penyuluhan di Balikpapan juga sudah selesai.

Kemudian yang akan itu adalah pameran temporer dalam rangka Hari Sumpah Pemuda yang rencananya dilaksanakan di sini selama satu bulan, dari September – Oktober, Pameran Tokoh Cokerde di Bali pada 8-12 Ubud Bali. Kita ingin memberitahukan pada masyarakat, bahwa di Ubud itu ada seorang yang memiliki kaitan dengan tokoh Sumpah Pemuda dan pada 28 Oktober mendatang upacara Hari Sumpah Pemuda.

Perbandingan pengunjung daring dan luring seperti apa?

Ketika daring,  ketika itu museum masih menggunakan tata pamer yang lama, tentunya tidak semanarik yang sekarang. Tetapi dengan adanya daring, seluruh Indonesia bahkan dunia bisa melihat museum ini secara daring. Kemudian saya bersurat kepada sekolah, dan kita juga punya komunitas-komunitas dari mulut ke mulut, bahkan kita juga bekerjasama dengan kdutaan-kedutaan untuk melakukan virtual tour reality. Pengunjung secara daringnya bertambah banyak, sedangkan luringnya tidak, karena masih masih pandemi.

Banyak permintaan dari masyarakat, sekolah, kantor, dinas-dinas, dan youtube kita “meledaknya” pada saat pandemi meski masih menggunakan tata pamer yang lama. Setelah revitalisasi dan peresmian tata pamer yang baru, orang jadi penasaran dan ingin tahu, maka pengunjungnya pun meningkat drastis. Alhamdulillah, yang berkunjung ke museum dari berbagai kalangan. Mulai dari anak sekolah PAUD, TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, pejabat dan ibu-ibu pejabat termasuk ibu-ibu rumah tangga. Semua kalangan ada. Dan semakin meningkan lagi pada masa liburan anak sekolah, bahkan Sabtu dan Minggu ada kunjungan dan ada yang berkegiatan di museum.

Bahkan keluarga dari tokoh-tokoh Sumpah Pemuda, seperti keluarga dari Mr.Sartono, keluarga W.R Supratman, keluarga Kong Lian, pemilik gedung juga datang. Untuk keluarga Kong Lian sangat mengapresiasi hasil dari revitalisasi museum, karena permintaan mereka kita penuhi untuk membuat salah dua ruangan terkait informasi Kong Lian. Di ruangan tersebut kita pamerkan koleksi-koleksi dari Kong Lian, termasuk foto atawa potret dirinya Kong Lian.

Berapa lama direvitalisasi? Area atawa ruangan mana saja yang direvitalisasi?

Revitalisasi tata pamer pameran tetap Museum Sumpah Pemuda ini kita lakukan pada 29 Oktober 2021 dan rampung pada Februari 2022. Yang direvitalisasi semua ruangan, karena museum ini sudah hampir 12 tahun belum direvitalisasi. Total ada delapan (8) ruang pamer yang kita revitalisasi penuh. Ruangannya dibuat lebih kekinian, digital, 4.0 dan ada interaksi antara pengunjung dan koleksinya. Di ruang delapan (8) atawa ruang terakhir ada ruang kesan dan pesan atawa ruang pengharapan. Di sana ada lini masa antara generasi atawa tokoh-tokoh masa lalu dan ada generasi atawa tokoh-tokoh muda masa kini.   

Selain ruang pameran tetap untuk koleksi, ruang kantor serta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya juga direvitalisasi. Sehingga setiap pengunjung yang datang ke museum ini menjadi lebih nyaman, ingin berlama-lama serta ingin datang lagi dan lagi. Namun, sayang museum ini lahan parkirnya belum bisa menampung kendaraan yang ;ebih banyak. Meski demikian, saya tetap berharap, museum ini bisa memiliki lahan parkir yang lebih luas lagi.

Apakah Anda sudah cukup puas dengan capaian-capaian kerja yang sudah dilakukan?

Memang puas, tapi tidak cukup sampai di sini. Sebab saya suka dengan peluang dan tantangan. Salah satu kepuasannya adalah ketika museum ini akhirnya memiliki sertifikat tanah. Sebab, sejak diresmikannya Museum Sumpah Pemuda oleh Presiden Soeharto, pada masa Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, sampai dengan tahun 2021, museum ini tidak memiliki sertifikat tanah. Baru pada Oktober 2021, Museum Sumpah Pemuda memunyai sertifikat tanah. Ini menjadi sebuah kebanggaan buat saya dan tim. Alhamdulillahnya, saya diberkahi dengan tim yang kuat untuk bekerjasama dalam membangun museum yang lebih baik.

Apakah Museum ini sudah menjadi rumah kedua Anda dan menjadi rumah ketiga masyarakat?

Museum Sumpah Pemuda adalah rumah kedua saya. Sebab Bung Karno mengatakan Jas Merah (jangan sekali-kali melupakan sejarah). Museum itu jendela informasi dunia. Tanpa sejarah kita tidak akan sampai pada saat yang seperti ini. Dan di museum ini menjadi tempat kita belajar semua ilmu, bai itu ilmu sejarah, arkeologi, antropologi, biologi, fisiki, politik, pendidikan, ekonomi dan masih banyak ilmu lainnya. Artinya, semua yang dilakukan dan diperjuangkan oleh para pendahulu kita, dikenali dan dipelajari di sini, belajar di museum ini, salah satunya mempelajari perjuangan serta tokoh-tokoh Sumpah Pemuda di Museum Sumpah Pemuda. Saya sangat bangga menjadi bangsa Indonesia, apalagi saya bekerja di Museum Sumpah Pemuda itulah sebabnya museum ini menjadi rumah kedua bagi saya, setelah keluarga.

Selanjutnya generasi muda sekarang harus mengetahui, belajar serta meniru perjuangan-perjuangan para tokoh terdahulu yang kemudian diimplementasikan pada kehidupan kekinian. Caranya berpikir dan berbuat yang positif, kemudian mencintai museum ini yang menjadi rumah ketiga bagi masyarakat.

Untuk menjadikan museum ini menjadi rumah ketiga bagi masyarakat, salah satunya kami membuat museum ini menjadi aman, nyaman kekinian dan semenarik mungkin dengan merevitalisasi ruang pameran tetap serta sarana prasarana lainnya. Tak hanya itu, agar menjadi rumah ketiga bagi masyarakat, kami juga memberikan pelayanan yang prima alias melakukan peningkatan pelayanan kepada masyarakat dengan cara meningkatkan pengetahuan dan attitude serta cara melayani yang baik.

Dengan demikian masyarakat akan merasa nyaman ketika belajar, berkegiatan, berkarya dan sekadar untuk berselfie juga bersantai atawa berkongkow mereka bisa datang, datang lagi, dan datang lagi. Dengan demikian, Museum Sumpah Pemuda menjadi rumah ketiga bagi masyarakat dan rumah kedua bagi saya.

Daftar Riwayat Hidup

Nama Lengkap : Titik Umi Kurniawati, S. Sos.

Tempat Tanggal Lahir : Semarang, 15 September 1970

Jabatan saat ini : Kepala Museum Sumpah Pemuda

Riwayat Jabatan

  • 31 Mei 2022 – sekarang                                  : Plt. Kepala Museum Basoeki Abdullah
  • 3 September 2019 – sekarang              : Kepala Museum Sumpah  Pemuda
  • Oktober 2017                                                  : Europalia Arts Festival Indonesia 2017, Subbagian Rumah Tangga,Bagian Umum dan Kerjasama, Sekretariat, Direktorat Jenderal Kebudayaan
  • 28 Septermber 2015 – 2 September 2019        : Kepala Subbagian Rumah Tangga, Bagian Umum dan Kerja Sama, Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

  • Agustus 1990 – 31 Agustus 1994        : S1 Hubungan Internasional, Universitas Jayabaya
  • 2021                                                    : Pelatihan Public Speaking, Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayaan
  • 2017                                                    : Pelatihan Bimtek Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tingkat Dasar, Lembaga Kajian Indonesia
  • 2010                                                    : Pelatihan Public Speaking, Biro Umum, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  • 2006                                                    : Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan II Tahun 2006, Balai Diklat Pegawai Sekretariat Jenderal Departemen Kebudayaan dan Pariwisata bekerjasama dengan Lembaga Administrasi Negara RI
  • 2001                                                    : Workshop : Preservation of Cultural Heritage held at National Museum, Italian Cultural Institute and Archaeological Heritage
  •  

Pengalaman Berorganisasi

  • 1989 – 1990                : Sekretaris Menwa
  • 1990 – 1992                : Sie Pendidikan Senat Mahasiswa
  • 1992 – 1993                : Sie Pendidikan HMI
  • 2002 – sekarang          : Sie Sosial Klub Jantung Sehat (KJS Gadioul)

Prestasi

  • 2000: Piagam Penghargaan Dialog Pelestarian Benda Cagar Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan
  • 2000: Piagam Penghargaan Evaluasi Persebaran Situs Hasil Inventarisasi Grafis, Direktorat Jenderal Kebudayaan
  • 2003: Pegawai Teladan dalam rangka Hari  Pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
  • 2006: Juara 1 Diklat PIM IV, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
  • 2009: Panitia Lokakarya Multikulturalisme dalam pembangunan kebudayaan dan pariwisata, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata
  • 2010: Satya Lencana 10 Tahun, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
  • 2010: Peserta Terbaik Public Speaking , Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan